Diklatsar Calon Santri Karya DT 2019 Resmi Dibuka
Pendidikan dan Latihan Dasar (Diklatsar) bagi Santri Karya dan Calon Santri Karya Daarut Tauhiid (DT) resmi dibuka pada Senin (1/7). Upacara pembukaan dipimpin oleh Komandan Inspektur dari SSG (Santri Siap Guna) DT. Diklatsar tersebut digelar selama tujuh hari, dan diikuti oleh 116 peserta yang terdiri dari 57 akhwat, dan 59 ikhwan. Jika dinilai dari status, peserta yang mengikuti diklatsar tersebut ialah 60 persen santri yang sudah berkarya, dan 40 persen calon Santri Karya.
Diklatsar Santri Karya 2019 ini merupakan kelanjutan dari seleksi penerimaan para Calon Santri Karya. Yayasan DT mewajibkan calon Santri Karya, dan Santri Karya yang sudah berkarya namun belum diklatsar untuk mengikutinya.
“Tahap ini lanjutan dari seleksi atau saringan bagi yang telah lulus, sebelum nanti bergabung menjadi Santri Karya untuk diamanahi di lembaga-lembaga yang ada di Yayasan DT. Sehingga mereka bisa mendapatkan bekal awal, karena Daarut Tauhiid ini memiliki tata nilai unggul yang ditopang dengan sebuak Karakter Baik dan Kuat (BAKU),” ungkap Nurhadi, Pelatih Kepala Diklatsar.
Katanya, Santri Karya DT dituntut memiliki Karakter Baku. Baik, artinya memiliki sikap jujur, ikhlas, dan tawadhu. Sedangkan kuat, yang berarti memiliki sikap berani, disiplin, dan tangguh.
Karakter Baku tersebut sebagai dasar penggabungan antara nilai-nilai ketauhidan dan fisik. Harapannya, Santri Karya yang telah mengikuti diklatsar ini, dapat mengenal lebih dalam mengenai Yayasan DT, dan dapat bersinergi dengan visi dan misi Yayasan DT.
“Diklatsar juga ditunjukkan untuk mengukur keahlian, atau kompetensi Santri Karya, baik yang sudah lama berkarya di lembaganya, maupun Santri Karya yang nantinya akan di tempatkan di lembaga-lembaga Yayasan Daarut Tauhiid sesuai bidang kompetensi yang dimilikinya,” tambah Nurhadi.
Ia juga menyampaikan, sistematika diklatsar di DT ada tiga tahapan. Pertama, dobrak diri. Artinya, kegiatan-kegiatan tersebut sifatnya memberikan shock, untuk membuat peserta melawan rasa takut, atau ketidakmampuan dalam dirinya, dengan cara merubah mindset dan prasangka negatif. Kedua, bangun diri. Artinya, menginstal hal-hal positif ke dalam diri, atau kegiatan membangun karakter, dan menumbuhkan potensi diri. Ketiga, bangun tim. Kegiatannya dirancang untuk menumbuhkan kerja sama secara kelompok, yang nantinya akan teraplikasikan dalam pekerjaan di lembaganya masing-masing.
Terakhir, kata Nurhadi, kegiatan diklatsar ini dilakukan 35 persen di indoor, dan 65 persen di outdoor. Kegiatan indoor dilaksanakan di Aula Daarul Hajj. Materi yang disampaikan ialah ketauhidan, fikih, dan materi lainnya. Sedangkan di outdoor, dilakukan di Eco Pesantren DT, Pusdikjas Cimahi, Cikole Lembang, dan Danau Saguling. (Sukmara Galih)