Dakwah, Syarat Kemenangan

Kondisi umat dewasa ini menunjukkan suatu gejala yang sangat memprihatinkan. Terlihat dari semua penyakit yang menjangkiti tubuh umat, yang paling parah adalah kehilangan identitas sebagai muslim. Yang mana ini merupakan salah satu faktor utama merosotnya fungsi umat sebagai mercusuar peradaban dunia. Padahal Allah Ta’ala berfirman:

كُنْتُمْ خَيْرَ أُمَّةٍ أُخْرِجَتْ لِلنَّاسِ تَأْمُرُونَ بِالْمَعْرُوفِ وَتَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنْكَرِ

 وَتُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ وَلَوْ آَمَنَ أَهْلُ الْكِتَابِ لَكَانَ خَيْرًا لَهُمْ مِنْهُمُ الْمُؤْمِنُونَ وَأَكْثَرُهُمُ الْفَاسِقُونَ

Artinya: “Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma`ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah. Sekiranya Ahli Kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka; di antara mereka ada yang beriman, dan kebanyakan mereka adalah orang-orang yang fasik.” (QS. Ali Imran [3]: 110).

Syarat Kemenangan

Prasyarat dalam ayat tersebut yakni dakwah (amar ma’ruf nahyi munkar) memang sudah sejak lama ditinggalkan. Rasa apatis yang menghinggapi dada setiap muslim terhadap kondisi kekinian umat menunjukan sudah matinya rasa soliditas dan ukhuwah islamiyah. Serta berhasilnya upaya musuh-musuh Islam dalam memecah belah umat ini menjadi individu-individu yang egois dan terperangkap perihal keduniawian saja.

Lebih jauhnya perkara keimanan, kita saksikan makin marak orang-orang yang menuhankan hal lain selain Allah ‘azza wa jalla. Ketika diskon besar-besaran di setiap pusat perbelanjaan atau di pusat hiburan lainnya lebih dipadati dibandingkan majelis-majelis zikir dan majelis ilmu. Atau perhelatan sepakbola lebih penting rupanya ketimbang kumandang azan yang mengajak umat Islam pada kemenangan.

Iman dan Akhlak

Mungkin kondisi inilah yang membuat Allah sedang menguji umat ini, agar segera kembali kepada fitrahnya sebagai umat terbaik. Umat yang siap memimpin peradaban kembali, hingga tidak ada lagi kalimat tertinggi selain kalimat Allah dan Rasul-Nya.

Islam merupakan sebuah sistem nilai yang bersumber langsung dari Allah Ta’ala sehingga sifatnya sempurna dan integral. Islam sebenarnya sudah memberikan identitas tersendiri kepada pemeluknya. Al-Quran dan hadis menjelaskan bagaimana ciri khas tersebut—laksana sebuah pohon—yang ditandai kekokohan akar akidah, ketegakan pokok syariat, yang akan menghasilkan buah akhlak mulia seorang muslim.

Muslim ialah dia yang mampu menghadirkan kesalehan pribadinya menjadi kesalehan social, sehingga dibanyak ayat atau hadis selalu terlihat keterkaitan antara iman dan akhlak mulia. Semisal pada hadis arba’in ketiga belas tentang syarat beriman adalah mencintai saudara seperti mencintai diri sendiri.

Dari Abu Hamzah, Anas bin Malik ra berkata bahwa Rasulullah saw bersabda, “Tidak beriman salah seorang di antara kamu hingga dia mencintai saudaranya sebagaimana dia mencintai dirinya sendiri.” (HR. Bukhari dan Muslim).

Solusi Islam

Namun semua perangkat yang sudah Islam sediakan itu tidak akan berjalan jika umatnya sendiri tidak menjadikannya sebagai pedoman. Ironisnya justru banyak dari umat Islam yang mengambil pedoman di luar ajaran Islam yang tentunya bercampur dengan syubhat dan syahwat. Alhasil kita lihat begitu bertebarannya dekadensi moral di negeri-negeri umat Islam serta begitu terpuruknya kondisi umat akibat isme-isme yang dibuat manusia.

Hal pertama yang harus kita pahami bahwa Islam ini adalah solusi, sehingga kemenangan itu akan turun kepada siapa saja yang mampu menghadirkan keseluruhan Islam pada dirinya. Itulah sebuah sunnatullah yang niscaya. Maka tidak mungkin kemenangan itu akan hadir pada jiwa yang hanya mengambil sebagian ajaran Islam dan meninggalkan sebagian lainnya. Sejarah sudah mengajarkan pada kita bagaimana Allah mencabut kekuasaan pada banyak Daulah Islamiyah saat mereka mulai berpaling dari ajaran Islam.

Jika asas perubahan berangkat dari pribadi-pribadi muslim itu sendiri, maka pribadi-pribadi tersebut harus terbentuk menjadi seorang muslim yang keseluruhan fikrah dan tindak-tanduknya adalah Islam. Ketika pribadi-pribadi muslim tersebut telah menjadi muslim yang ideologis, kita bisa melihat generasi baru yang telah lama dinanti untuk kembali membawa kemenangan Islam hanya tinggal menunggu waktu yang tepat. (Gian)

ket: ilustrasi foto diambil saat sebelum pandemi