Daarut Tauhiid Menjawab Tantangan Dakwah
Jalan dakwah tak pernah bisa dipisahkan dari tantangan. Dakwah para rasul, sahabat, ulama tidak pernah luput dari tantangan-tantangan yang dihadapinya. Tantangan dakwah bisa datang dari para musuh Allah yang nyata menentang dakwah. Selain itu, tantangan dakwah bisa muncul karena perkembangan zaman.
Salah satu bentuk tantangan dakwah yakni adanya globalisasi. Pembauran nilai-nilai budaya dan ghazwul fikri (perang pemikiran). Kemajuan teknologi informasi mendorong dunia saat ini berada di era globalisasi. Era yang menimbulkan pergesekan dalam bidang ekonomi, politik, sosial, maupun budaya menjadi tidak seimbang.
Arus informasi beserta nilai-nilai budaya Barat “menggempur” nilai-nilai dan prinsip-prinsip ajaran Islam. Lembaga dakwah diperlukan untuk menghadapi tantangan tersebut. Lembaga dakwah yang mampu memperkuat akidah umat Islam, khususnya generasi muda agar tidak mudah tergoyahkan oleh nilai-nilai yang bertentangan dengan Islam. Lembaga dakwah seharusnya mampu memanfaatkan globalisasi untuk menyebarkan dakwah Islam ke seluruh dunia.
Materi Dakwah Daarut Tauhiid
Ciri khas materi dakwah Daarut Tauhiid (DT) sesuai dengan namanya yakni mengenalkan ilmu tauhid, bagaimana kita mengenal Allah SWT (makrifatullah). Tauhid adalah ilmu dasar bagi umat Islam karena jika memiliki tauhid yang lurus, maka dia akan memiliki akhlak yang baik. Hal ini sesuai dengan hadis Rasulullah saw, “Sesungguhnya aku (Rasulullah) diutus untuk menyempurnakan akhlak yang baik.” (HR. Ahmad).
Selain mengenalkan ilmu tauhid, DT juga dikenal dengan sebutan bengkel akhlak. Beberapa programnya mengedepankan pendidikan akhlak. Menjadi pribadi rahmatan lil ‘alamin adalah output dari setiap program DT. Tata nilainya pun merupakan sinergi antara ilmu tauhid dan pendidikan akhlak/adab. Para santri diajarkan bagaimana menjadi santri pemilik akhlak mulia dengan mengamalkan tata nilai DT.
Strategi Dakwah Daarut Tauhiid
DT menganut paham ahlus sunah wal jamaah dengan zero konflik atau mengedepankan silaturahmi dan ukhuwah islamiyah. Semua sivitas walau beda pemahaman madzab fikih, tetapi jika mengatasnamakan lembaga maka harus selaras dengan keputusan Pemimpin Pesantren dan Lajnah Syari’ah.
Dalam menjalankan perannya sebagai lembaga dakwah, DT menjalankan konsep MDK, yakni:
- Model.
DT menekankan aktivitasnya untuk mewujudkan ajaran Islam yang “membumi”. Tidak sekadar teori, tetapi justru lebih ditekankan pada bukti dan karya nyata yang manfaatnya langsung dirasakan umat. Dengan demikian, diharapkan keindahan ajaran Islam, etos kerja islami, manajemen islami, profesionalisme islami, dan solusi islami atas berbagai permasalahan aktual umat dalam kehidupan nyata dapat dirasakan dan dikaji bersama.
- Pendidikan, Pelatihan, dan Pembinaan (Diklatna).
DT bertekad menjadi tempat untuk belajar, berlatih, dan pembinaan yang terbuka untuk berbagi kalangan tanpa melihat batas usia, lintas lapisan sosial, lintas etnis, lintas bangsa, bahkan lintas agama.
- Konsultan.
DT bertekad dapat berperan memberikan layanan konsultasi, membimbing mitra-mitra mengimplementasikan sistem dan model dakwah yang dikembangkan oleh DT. (Ana)
ket. foto ilustrasi artikel diambil saat sebelum pandemi