Cerdas Memanfaatkan Nikmat
Kunci menjadi pribadi ahli syukur adalah memanfaatkan nikmat Allah untuk semakin dekat kepada-Nya. Allah mengaruniai kita dengan tubuh yang sehat dan lengkap, maka gunakanlah untuk memaksimalkan ibadah kepada-Nya. Kening ini pergunakan untuk memperbanyak sujud kepada Allah. Sepasang tangan ini gunakan untuk melakukan kebaikan, menolong orang, merawat alam, dan lingkungan.
Tidak sedikit orang yang dikaruniai fisik yang sehat dan kuat, namun menggunakan kekuatannya untuk menindas orang lain yang tidak sekuat dirinya. Tidak sedikit pula orang yang merasa masih muda dan sehat, justru mengonsumsi zat-zat yang malah meracuni dirinya sendiri bahkan orang lain. Padahal kesehatan dan kekuatan itu adalah karunia dari Allah, tidak bisa diciptakan oleh manusia, sehingga ini menjadi karunia yang tidak ternilai. Jika seseorang malah merusaknya, bukan merawatnya, ini tentu perbuatan yang dangkal dan mendatangkan kerugian.
Allah berfirman, “Demi masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasihat-menasihati supaya menaati kebenaran dan nasihat-menasihati supaya menetapi kesabaran.” (QS. al-‘Ashr [103]: 1-3).
Orang yang memanfaatkan waktu sebaik mungkin akan beruntung, baik itu di dunia maupun di akhirat. Bahkan kerugian orang-orang yang lalai semakin bertambah karena waktu yang telah ia lewati tidak pernah kembali. Orang yang bersyukur akan beruntung, sedangkan orang yang lalai akan rugi dan menyesal. Kelak penyesalan tak mengubah keadaan.
Kemudian, dalam hal penyikapan kita terhadap nikmat berupa harta kekayaan. Untuk apa harta kita tumpuk-tumpuk padahal tidak semuanya bisa dipakai. Misalnya mobil berderet-deret di garasi, padahal yang dipakai hanya satu. Lebih manfaat jika diwakafkan ke pesantren atau ke masjid untuk digunakan kegiatan-kegiatan pendidikan dan dakwah. Selain lebih banyak orang yang mendapatkan manfaatnya, juga lebih bernilai di hadapan Allah dan pahalanya mengalir terus kepada kita.
Rasulullah bersabda, “Jika seseorang meninggal dunia, maka terputuslah amalannya kecuali tiga perkara (yaitu): sedekah jariyah, ilmu yang bermanfaat, atau doa anak saleh.” (HR. Muslim).
Barangkali kita ditakdirkan Allah menjadi orang yang punya tabungan uang berlimpah, belanjakan sebagiannya di jalan-Nya. Sedekah atau wakafkan. Jangan pernah berpikir rugi jika uang kita dikeluarkan begitu saja untuk berderma. Yakinlah bahwa keberuntungan itu banyak bentuknya. Allah SWT berjanji jika kita membelanjakan harta di jalan-Nya, maka Allah akan melipatgandakannya.
Selanjutnya, keberuntungan yang berlipat ganda akan datang kepada kita tidak hanya dalam bentuk harta, melainkan dalam bentuk kesehatan, ampunan, pertolongan, hingga berbagai kemudahan hidup di dunia maupun di akhirat. Insya Allah. (KH. Abdullah Gymnastiar)