Candu Popularitas
Berkembangnya teknologi informasi di zaman ini, membuat setiap orang mampu memiliki panggungnya sendiri. Jika zaman dahulu untuk dapat terkenal itu harus melalui karya, atau masuk media cetak dan elektronik. Kini, hanya dengan media sosial, setiap orang bisa dengan mudah menjadi selebriti.
Popularitas menjadi sesuatu yang amat mudah diraih. Terbukti, banyak orang-orang yang melakukan hal-hal tak pantas, bukanlah sebuah prestasi, kemudian viral, dan wajahnya wara-wiri menghiasi layar televisi. Ironinya lagi, anak-anak yang jelas berprestasi, justru kurang mendapat apresiasi. Padahal, merekalah yang seharusnya diangkat oleh media, sebagai generasi yang menginspirasi di bumi pertiwi.
Berawal dari Gadget
Sulit sekali di zaman sekarang menemukan orang yang tak memiliki gadget atau akun media sosial. Bahkan, anak-anak balita pun sudah mengenal Youtube untuk menonton film atau memainkan berbagai game. Mudahnya akses mengenal dunia melalui gadget, tentu memiliki dampak buruk juga, bagi siapa pun yang tak bijak menggunakannya. Di antaranya untuk eksis berlebih, mengejar, hingga menuhankan popularitas.
Mereka mengira, dengan popularitas yang tinggi, rezeki akan melimpah ruah. Seperti menjadi selebgram di instagram saja, mereka akan dengan mudah mendapatkan endorse dari warga net yang memiliki akun jualan online. Tidak bermaksud menganggap buruk bagi siapa saja yang menerima endorse untuk menambah pundi-pundi rupiah, atau ikut mempromosikan akun jualan milik kawannya. Tapi terkadang, untuk mendapatkan hal-hal seperti itu, ada orang-orang yang bertindak bodoh, cenderung mempermalukan diri, kemudian diviralkan, dan ujung-ujungnya jualan. Akibatnya, tidak sedikit generasi muda yang mencontoh hal demikian. Lebih mementingkan popularitas, daripada belajar yang baik, dan mencetak prestasi, atau menjadi pribadi berkualitas.
Maka, penting kiranya setiap orang mengingatkan orang di sekitarnya, untuk bijaksana dalam menggunakan gadget, khususnya media sosial. Di dalam Islam diajarkan, bahwa popularitas bukanlah segalanya. Popularitas tidak identik dengan kemuliaan seseorang. Tapi, keimanan yang kuat, karya yang bermanfaat, serta akhlak yang baik, itulah yang membuat seseorang mulia di mata sesama, serta Allah SWT.
Menghadapi tantangan era digital ini, kita tak boleh mengandalkan kemampuan diri untuk mengatasinya. Libatkanlah Allah dalam setiap hal yang kita lakukan, termasuk menggunakan gadget. Tujuannya, tentu agar kita menggunakan hal tersebut untuk kebaikan yang dapat mengalirkan pahala. Bukan keburukan, yang akhirnya merugikan diri dan orang lain, serta menambah berat timbangan dosa.
Rasulullah saw sejak 1400 tahun lalu mengajarkan untuk mengulang-ngulang doa, “Ihdina shirathal mustaqiim”, yang berarti tunjukilah kami jalan yang lurus. Mengapa berdoa minta petunjuk? Karena orang yang berjalan tanpa petunjuk, ia tidak akan sampai ke tujuan, ia akan mudah tersesat atau disesatkan. Begitu pun saat menggunakan gadget, semoga kita dapat mengunakannya dengan bijak, dan tak candu popularitas.
Merasa Diawasi Allah
Imam Ahmad bin Hanbal, sebagaimana dikutip Ibdu Katsir dalam tafsirnya, pernah menggubah syair. Berikut bunyinya: “Apabila engkau merasa sendirian pada suatu saat, janganlah engkau katakan: ‘Aku sendirian’, akan tetapi katakanlah: ‘Aku ada yang mengawasi’. Dan, janganlah engkau mengira bahwa Allah dapat lengah walau sesaat, dan janganlah pula mengira bahwa apa yang kau sembunyikan itu tersembunyi bagi-Nya.”
Untaian syair ini menggambarkan salah satu asma Allah SWT, yakni Ar-Raqiib, Allah Yang Maha Mengawasi. Maka, seseorang yang memahami bahwa Allah adalah Ar-Raqiibm ia akan sangat menjaga diri dari perbuatan yang haram dan sia-sia. Termasuk dalam menggunakan sosial media.
Bisa jadi saat dalam keramaian, tak ada kemaksiatan yang dilakukan. Tapi saat sendiri, kemaksiatan itu dilakukan, dengan perantara gadget yang dimiliki. Bisa dengan membuka situs-situs yang dilarang agama, atau melakukan hal-hal tak bermanfaat dan menurunkan kehormatan diri hanya demi popularitas.
Semoga kita dapat sekuat tenaga menjaga diri dari perbuatan dosa. Tidak menuhankan popularitas, dan meraihnya dengan segala cara. Percayalah, popularitas di muka bumi, tidak menjadi patokan hidup seseorang itu diberkahi. Tapi kekuataan iman, dan akhlak mulia, itulah yang membuat Allah mencintai, dan Insha Allah mengundang kasih sayang dari seluruh makhluk bumi. Wallahualam Bissawab.
(Oleh : Cristi Az-Zahra, Sumber foto : Hipwee.com)