Buah Bakti Terhadap Suami, Suliestyaningsih Berkesempatan Menjadi Santri
DAARUTTAUHIID.ORG | BANDUNG – Campur aduk, rasa haru dan bahagia selimuti Prosesi Wisuda PMK angkatan 60. Suliestyaningsih, santri PMK angkatan 60 merasakan hal serupa di hari sakral tersebut.
Mau tidak mau, siap tidak siap Suliestyaningsih harus berpisah dengan teman-teman seangkatannya dan juga para asatidz DT di hari itu.
Mimpi yang telah lama ia inginkan, akhirnya menjadi kenyataan sejak pertengahan September lalu.
Nenek 71 tahun ini telah mengenal Daarut Tauhiid sejak tahun 1999. Berulang kali mengunjungi pesantren DT menggugah hatinya untuk menjadi bagian dari santri DT sejak lama.
“Sejak 99 rutin saya datang kesini, kalau ada acara keluarga maupun dinas kantor, saya memilih untuk menginap di penginapan DT,” ujarnya pada (27/10).
Namun, keinginan mulianya terkubur karena baktinya terhadap suami yang wajib ia penuhi.
Hal tersebut tak membuatnya putus asa, karena ia yakin bila Allah meridhoi pasti akan Allah mudahkan untuk menggapai mimpi.
Ridho Allah ada pada ridho sang suami, ia istiqomah berbakti kepada suami hingga tiba waktunya usai memenuhi kewajiban mulia itu. Allah menakdirkan suaminya berpulang lebih dulu.
Seraya menahan tangis, nenek asal Semarang tersebut bersyukur karena Allah mengizinkannya untuk menuntut ilmu di DT.
Timbul harapan dalam mata senjanya akan apa yang ia peroleh di DT dapat pula menghantarkan pahala kepada mendiang sang suami.
“Waktu itu suami sakit dan belum bisa ikut PMK, sekarang telah sendiri Alhamdulillah berkat Rahmat dan kasih sayang Allah diperjanlakan Allah untuk mengikuti PMK 60,” tuturnya.
Telah menggapai mimpi, membuatnya bersyukur berada di pesantren ini. Tiap momen pembelajaran selalui ia hadiri, tanpa catatan absen barang sehari. Kata Sulies di hadapan hadirin kala berkesempatan menyampaikan pesan dan kesan di hari wisuda tersebut.
“Alhamdulillah di sisa umur saya, saya di beri kesempatan Allah untuk mencari ilmu, mentadaburi ilmu Allah, walaupun ilmu saya masih sangat sedikit, tapi saya bersusaha semaksimal mungkin untuk bisa mewujudkan visi-misi DT.”
Empat puluh hari terus berlalu, tibalah hari wisuda itu. Namun, meski sudah tak belajar lagi di program Pesantren Masa Keemasan, Suliestyaningsih bertekad untuk terus belajar dan mengamalkan ilmu yang telah ia dapatkan.
“Saya berusaha untuk selalu istiqomah dengan apa yang saya peroleh dari pembelajaran di PMK ini, akan saya lanjutkan di keluarga saya, teman-teman saya di majelis ta’lim. Walaupun hanya 1 ayat, saya pribadi berusaha untuk berdakwah,” pungkasnya. (Noviana)
Redaktur: Wahid Ikhwan