Bila Sang Istri Hamil
Sore hari yang cerah, Borsi bertandang ke rumah Hemri. Nampak Hemri sedang membaca buku tentang kesehatan ibu selama hamil, sementara beberapa buku tentang kehamilan ada di atas meja tamu.
“Mau jadi dokter ahli kandungan nich? Kok banyak buku tentang kehamilan?” tanya Borsi, sambil melihat-lihat beberapa buku yang bergeletak di atas meja.
“Ah masak sich, hanya dengan membaca buku-buku kesehatan popular, tiba-tiba bisa menjadi ahli kandungan,” jawab Hemri sambil tersenyum. ”Saya hanya ingin belajar lebih banyak tentang kehamilan, karena ini kan kehamilan pertama istri saya.”
“Apa tidak pemborosan nich banyak beli buku ?” tanya Borsi sekali lagi.
“Justru sebaliknya. Dengan memiliki ilmu yang memadai kita justru akan dapat menghemat. Sederhananya adalah bila istri kita sehat selama masa kehamilannya, maka kita bisa menghemat uang untuk biaya ke dokter. Demikian juga dengan menyediakan makanan yang bergizi bagi istri kita, itu bukan suatu pemborosan, karena memberi makanan yang sehat, juga akan menyehatkan anak yang ada dalam kandungan. Bila anak kita sehat, maka kita pun pada masa yang akan datang, berhemat karena anak kita jarang sakit,” jelas Hemri.
“Benar juga ya.” jawab Borsi manggut-manggut, sambil mulai membuka-buka halaman salah satu buku tentang nutrisi ibu hamil.
“Makanan bergizi, tidak berarti mahal. Justru dengan banyak membaca, kita dapat mencari makanan yang bergizi alami, sehingga tidak perlu makan makanan suplemen yang harganya mahal,” Hemri menambahkan penjelasan yang tadi.
“Ngomong-ngomong, sudah berapa bulan usia kandungannya?” tanya Borsi.
“Kata dokter sich sudah tujuh bulan, 3 minggu, 2 hari,” jawab Hemri sambil tersenyum.
“Kok tidak ada acara tujuh bulanan?” tanya Borsi.
“Kenapa harus ada acara tujuh bulanan?” Hemri balik bertanya.
“Lho, kan biasanya juga begitu. Tetangga-tetangga kita melakukan hal itu,” jawab Borsi.
“Nah di sinilah kang. Kita jangan bertindak hanya karena hal itu sudah menjadi kebiasaan. Bisa jadi kebiasaan di masyarakat tersebut perlu diubah. Setahu saya, Islam tidak mengajarkan adanya perayaan tujuh bulan kehamilan. Karenanya, dalam kacamata manajemen keuangan keluarga, mengadakan pesta tujuh bulanan suatu pemborosan. Lebih baik kita persiapkan dana untuk aqiqah. Aqiqah adalah sesuatu yang ada ketentuannya dalam ajaran Islam. Jangan sampai terjadi, gara-gara menyelenggarakan pesta tujuh bulanan yang tidak ada ajarannya dalam Islam, akhirnya tidak memiliki cukup dana untuk menyelenggarakan aqiqah. Mengeluarkan dana bagi penyelenggaraan aqiqah bukan suatu pemborosan, justru suatu hal yang baik, karena menjalankan ajaran Islam,” Hemri menjelaskan panjang lebar. (Iwan Rudi Saktiawan)