Bertaubat Agar Diberi Ketenagan Hati
Setiap waktu kita mendapatkan kotoran dari dosa- dosa yang kita lakukan, dosa dari mata, telinga, mulut, perilaku, hati, dan pikiran. Setiap maksiat yang kita lakukan akan memperbanyak dosa-dosa dan menutup pintu hati kita. Jadi bayangkan kalau kita banyak dosa, tapi kita jarang sekali bertaubat kepada Allah Ta’ala, maka sebanyak apa dosa kita, dan orang yang banyak dosa pasti hidupnya tidak akan tenang.
Sama halnya coba kita rasakan bagaimana rasanya tidak gosok gigi selama 2 bulan, kira-kira nyaman atau tidak? Yang punya gigi saja tidak nyaman apalagi orang lain. Bagaimana rasanya jika tidak mandi selama sebulan? Pasti bau, kudis, ketombe dan gatal, dan pasangan kita juga merasa tidak nyaman.
Tapi ada orang yang beramal tapi hatinya tidak tenang, maka sama seperti orang yang mandi tapi tidak bersih. Kita banyak beramal tapi tidak membuahkan apa-apa, karena amalnya tidak sungguh-sungguh alias asal-asalan. Misalkan sholat, apakah kita benar-benar melakukannya dengan kesungguhan hati karena Allah Ta’ala atau hanya sebatas ritual belaka yang menggerakan fisik dan mulut hanya mengucapkan bacaan tetapi didalam hati tidak ada Allah. Baik dalam ruku dan sujud tidak menghadirkan Allah sama sekali.
Dalam berdoa misalkan, tidak menghadirkan Allah dalam memohon kepada Allah, hanya sekedar menyebutkan dan membaca do’a saja kemudian menggugurkan kewajiban. Contoh lain ketika membaca istighfar, kita tidak merasa menyesal ketika membacakannya, hanya mengucapkan saja.
Salah satu orang yang tidak memiliki ketenangan hati adalah orang yang tidak terdengar suara hatinya, galau, risau, dan tidak tenang. Kalau hati seseorang tidak terdengar oleh dirinya sendiri, maka kita tidak akan berbuat dan berkata baik. Karena sebenarnya setiap kita berbicara, hati pasti berbisik. Hati akan berbisik “itu sombong, itu riya, itu tercela, itu bohong, dan seterusnnya”.
Oleh karena itu, coba kita banyak-banyak bertaubat mohon ampun kepada Allah, agar diberi ketenangan hati, karena hanya Allah yang menurunkan ketenangan hati dalam diri kita. sebagaimana firman Allah Ta’ala dalam Al-Qur’an yang artinya:
“Dialah yang telahmenurunkanketenangankedalamhati orang-orang mukminsupayakeimananmerekabertambah di sampingkeimananmereka (yang telahada). Dan kepunyaan Allah-lahtentaralangit dan bumi dan adalah Allah MahaMengetahuilagiMahaBijaksana” (QS. Al-Fath: 04)
Wallahu a’lam bishowab.
(KH. Abdullah Gymnastiar)