Bersyukur Jalan Kelulusan dari Cobaan
Berada dalam kondisi senang terkadang membuat manusia lupa bersyukur. Padahal, kondisi itu boleh jadi merupakan cobaan dari Allah. Pimpinan Pondok Pesantren Daarut Tauhid (DT), KH. Abdullah Gymnastiar atau biasa disapa Aa Gym, menjelaskan manusia cenderung santai ketika senang. Mereka lupa, ujian dalam kesenangan sama seperti cobaan.
“Justru ujian yang lebih berat itu adalah ujian yang dalam bentuk kesenangan, karena kita tidak merasa sedang diuji,” tegas Aa Gym dalam salah satu tausiahnya di stasiun TV menjelang buka puasa, Selasa (19/5).
Aa Gym menerangkan menusia tak akan lepas dari ujian. Namun, yang paling berbahaya ialah apapun yang membuat umat lalai dari Allah. Biasanya, kata Aa Gym, yang membuat manusia lalai dari Allah ialah kelapangan, kenyamanan, dan kemudahan. Seseorang cenderung mengingat Tuhan dalam kondisi kepepet.
“Contoh, naik pesawat, kalau pesawatnya melaju enak, tidak ada masalah, (orang akan) nonton video, tidur, dengar musik. Tapi giliran oleh Allah diberikan turbulensi, semua zikir, ‘Ya Allah, ya Allah’. Semua kembali kepada Allah. Yang tadinya tidak ingat juga jadi ingat, yang tadinya tidak berdoa jadi berdoa,” jelasnya.
Menurut Aa Gym, yang diinginkan Allah ialah hamba-Nya kembali dan ingat kepada-Nya. Allah juga menginginkan umat mendekat dalam susah maupun senang.”Tetapi kalau diuji dengan kesenangan dan kita bersyukur, makin tambah karunia, makin tambah syukurnya, makin tambah ibadahnya. Kalau kita seperti ini, maka jangan heran nanti Allah memberikan banyak karunia terus,” ujarnya.
Namun, bila lupa, umat harus bersiap diingatkan. Peringatan diberikan dalam bentuk kepahitan maupun kesulitan, karena dalam kondisi ini lah, umat biasanya bisa kembali kepada Allah. Aa Gym mengingatkan dunia bukan tempat menuai buah. Manusia harus memahami dunia hanyalah tempat mampir. Tak berbeda dengan sekolah, umat muslim pun akan diuji. Pertaruhannya, lulus atau tidak lulus.
“Kalau lulus, dia benar menyikapinya, maka dia di dunia ini akan disebut oleh Allah, ahli takwa. Dia nanti pas meninggal, oleh Allah diberi hadiah husnul khatimah, kuburnya dilapangkan, dan dijadikan ahli surga. Tapi kalau kita tidak lulus, ya di dunia ini sengsara, menderita, walaupun dunia diberi, tapi hati tidak diberi ketenangan,” jelas Aa Gym.
Menurut Aa Gym, kunci segalanya ialah zikir. Umat harus tahu betul nikmat berasal dari satu sumber, yaitu Allah. Tapi, itu saja tak cukup untuk lulus. Umat juga harus menggunakan lisan untuk memuji Allah. Tak hanya di hati, lisan harus sibuk memuji Allah sebagai pengakuan segala nikmat bersumber dari-Nya. “Ucapan alhamdulillah itu lebih hebat daripada nikmat apa pun yang kita rasakan,” tegasnya.
Kemudian, ujar Aa Gym, gunakan nikmat yang ada untuk mendekat kepada Allah, sesuai yang Allah sukai. Kening dipakai sujud juga merupakan bentuk syukur. Begitu pula mulut yang dipakai berkata baik. Umat juga harus bermanfaat bagi orang banyak. Gunakan semua nikmat yang Allah titipkan dengan baik dan benar. Manusia juga perlu berterima kasih kepada orang-orang yang menjadi jalan nikmat.
“Orangtua jalan kelahiran kita, guru-guru jalan ilmu, kantor jalan rezeki. Makin senang berterima kasih, itu pun syukur. Dan menampakkan nikmat pun agar orang memuji Allah, itu syukur,” ucap Aa Gym.
Tapi, tegas Aa Gym, Allah tak pernah membebani seseorang baik dengan perintah-Nya maupun ujian-ujian. Allah sangat tahu kondisi umat-Nya. “Lebih tahu daripada siapa pun, bahkan dari kita sendiri. Allah Mahasuci dari perbuatan zalim. Artinya, tidak ada ujian yang melampaui dari kapasitas kita. Semuanya sudah diukur, sesuai dengan kapasitas kita,” ujarnya. (Elga)