Bersedekah dengan Ucapan yang Baik
Sedekah tidak mesti berupa materi. Mengucapkan kata-kata yang baik juga termasuk sedekah. Seperti Rasulullah saw bersabda, “Tidak ada sedekah yang paling utama selain ucapan yang baik.” (HR. Al-Baihaqi). Pada hadis yang lain beliau juga bersabda, “Tidak ada sedekah yang paling dicintai Allah selain ucapan yang baik.” (HR. Al-Baihaqi).
Ucapan yang baik adalah ucapan yang isinya mengandung manfaat. Tidak hanya bagi diri sendiri, tapi juga bagi orang lain. Bukan ucapan yang isinya adalah keburukan seperti caci maki, celaan, fitnah, ghibah, adu domba, kebohongan, penipuan, dan seterusnya. Dengan mengucapkan kata-kata yang baik terutama kepada orang lain, seseorang berarti telah memberikan sedekah meskipun bukan berupa materi, tapi orang lain mendapatkan manfaat dari ucapan itu.
Jadi, ucapan yang baik termasuk sedekah yang paling utama. Selain itu ucapan yang baik adalah salah satu bentuk sedekah yang amat dicintai Allah. Mengapa? Karena Allah memang tidak menyukai keburukan, baik itu berupa kata-kata dan perbuatan. Allah hanya menyukai hal-hal yang baik. Dalam salah satu hadis Rasulullah bersabda, “Hai manusia sesungguhnya Allah itu Mahabaik dan dia tidak menerima kecuali hal-hal yang baik.” (HR. Muslim).
Orang yang suka mengucapkan kata-kata yang baik akan beruntung, tidak hanya di dunia tapi juga di akhirat. Sebaliknya orang yang suka mengucapkan kata-kata yang buruk akan menyesal. Abdullah bin Masud pernah berkata kepada lisannya, “Wahai lisanku ucapkanlah kata-kata yang baik niscaya engkau akan beruntung, atau diamlah dari mengumbar kalimat keburukan niscaya kau akan selamat. Waspadalah sebelum menyesal.”
Ibnu Rajab dalam kitabnya Jami’ul ‘Ulum wal Hikam mengatakan bahwa sesungguhnya setiap orang yang hidup di dunia sedang menanam kebaikan atau keburukan dengan perkataan dan perbuatannya. Kemudian pada hari kiamat kelak dia akan menuai apa yang ditanam. Barang siapa yang menanam sesuatu yang baik dari ucapannya atau perbuatannya, maka dia akan menuai kemuliaan. Sebaliknya barang siapa yang menanam sesuatu yang buruk dari perkataan atau perbuatannya, maka kelak akan menuai penyesalan.
Orang yang tidak menjaga lisannya dari kata-kata yang buruk bahkan disebut Nabi sebagai orang yang tidak beriman. Beliau bersabda, “Barang siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir maka ucapkanlah kata-kata yang baik atau diamlah.” (HR. Al-Bukhari).
Ini juga disampaikan oleh Imam Ibnu Hibban bahwa orang yang berakal selayaknya lebih banyak diam daripada bicara. Hal itu karena betapa banyak orang yang menyesal karena bicara, dan sedikit yang menyesal karena diam. Orang yang paling celaka dan paling besar mendapat bagian musibah adalah orang yang lisannya senantiasa berbicara sedangkan pikirannya tidak digunakan. Ucapan yang baik itu sendiri adalah karakter utama seorang muslim. Dalam hadis disebutkan seseorang bertanya kepada Nabi Muhammad, “Siapakah orang muslim yang paling baik?” Beliau menjawab, “Seseorang yang tidak mengganggu muslim lainnya dengan lisan dan tangannya.” (HR. Al-Bukhari)* (Gian)
*disarikan dari Keutamaan Etika Islam oleh Fajar Kurnianto