Bersaing Positif

Allah SWT berfirman, “Dan bagi tiap-tiap umat ada kiblatnya (sendiri) yang ia menghadap kepadanya. Maka berlomba-lombalah (dalam membuat) kebaikan. Di mana saja kamu berada pasti Allah akan mengumpulkan kamu sekalian (pada hari kiamat). Sesungguhnya Allah Mahakuasa atas segala sesuatu.” (QS. al-Baqarah [2]: 148).

Saudaraku, kita selalu butuh bantuan untuk memotivasi diri sendiri. Seorang ayah bisa semakin giat bekerja manakala ia mengingat istri dan anaknya di rumah. Seorang anak bisa semakin giat belajar jika mengingat kedua orangtuanya dan ingin membuat mereka bangga. Seorang remaja giat berlatih supaya berprestasi dalam bidang olahraga supaya disenangi oleh teman-temannya. Kondisi ini memacu seseorang untuk berbuat lebih dari biasanya, bersaing dengan sesamanya, dengan tujuan agar dirinya lebih unggul.

Dan, motivasi paling besar, paling agung, paling mulia bagi seseorang adalah Allah SWT. Hendaknya setiap semangat untuk meningkatkan prestasi, meningkatkan kemampuan dan produktifitas itu adalah karena mengharap rida Allah, bukan karena mengharap penilaian manusia. Semakin kita menjadikan Allah sebagai satu-satunya alasan, maka sungguh sangat mudah bagi Allah menggerakkan hati hamba-hamba-Nya agar mencintai kita.

Jika kita mengejar penilaian Allah, maka cara kita bersaing dengan sesama kita pun akan berlangsung dengan baik dan benar, fair, dan positif. Sebenarnya bersaing dengan sehat itu bukan sibuk mencari-cari kelemahan orang, kemudian kita menyebarkannya supaya ia jatuh namanya, bukan begitu. Bersaing dengan sehat itu adalah lebih fokus ke dalam, kepada diri kita sendiri.

Saat kita melihat orang lain bisa berbuat baik, maka kita pun berupaya meningkatkan kemampuan diri agar bisa berbuat lebih baik. Ketika melihat orang lain bisa bekerja produktif dengan hasil kerja yang mengagumkan, maka kita berupaya belajar lebih giat dan bekerja lebih disiplin supaya kemampuan kita menjadi lebih baik, dan bisa mencapai hasil yang lebih bagus lagi.

Inilah cara bersaingnya orang yang beriman. Ia menyibukkan diri mengevaluasi dirinya sendiri, memperbaiki yang kurang dan meningkatkan apa yang sudah baik dari dirinya. Ia pun senantiasa giat belajar, tidak gengsi untuk bertanya jika memang tidak tahu, sekali pun ia harus bertanya pada orang yang lebih muda atau lebih rendah posisinya. Tidak hanya itu, ia pun tidak malu untuk meminta koreksi dari orang lain, sehingga ia bisa mengetahui kekurangan-kekurangan diri yang ia sendiri tidak ketahui.

Betapa beruntung orang yang demikian. Orang seperti ini adalah tipe pembelajar cepat. Ia sadar betul tidak ada manusia yang luput dari kekurangan, sedangkan zaman berputar dan berubah dengan demikian cepatnya. Maka, ia pun sadar bahwa kualitas dirinya harus senantiasa ditingkatkan. Dan, semua ini ia lakukan karena keyakinan bahwa Allah mencintai hamba-Nya yang senantiasa belajar dan belajar, meningkatkan kualitas dirinya.

Orang yang beriman kepada Allah juga jauh dari rasa dengki ketika bersaing. Sehingga ketika melihat orang lain yang lebih berprestasi, ia akan datang untuk belajar. Sebaliknya, ketika ada orang lain yang datang kepadanya untuk bertanya dan belajar, maka ia pun tidak pelit untuk berbagi ilmu dan pengalaman. Karena, sesungguhnya ilmu akan bertambah keberkahannya manakala diajarkan pada orang lain. Masya Allah.

Ada orang yang demi menaikkan namanya di hadapan atasan, maka ia menghalalkan berbagai macam cara supaya saingannya menjadi jelek namanya. Bisa dengan cara memfitnah, mencari-cari keburukannya bahkan sampai hal-hal yang sifatnya pribadi. Mungkin saja dengan cara seperti ini ia berhasil memikat perhatian sang atasan, dan saingannya itu diturunkan posisinya bahkan hingga dipecat. Tetapi, hakikatnya yang ia peroleh bukanlah kebaikan melainkan keburukan. Kualitas dirinya sama sekali tidak bertambah, justru keburukan dirinya yang bertambah.

Orang yang demikian bukan sedang bersaing, melainkan sedang sibuk berkubang dalam lumpur kedengkian yang cepat atau lambat mencelakai dirinya sendiri. Orang yang dengki itu senang melihat orang lain susah, susah melihat orang lain senang.

Dengki adalah bibit dosa yang sangat berbahaya, karena ia bisa menyuburkan penyakit-penyakit hati lainnya yang berbahaya. Dengki membuat iblis membangkang kepada Allah SWT, sehingga ia dikutuk untuk selamanya.

Allah berfirman, “Katakanlah: ‘Aku berlindung kepada Tuhan yang menguasai subuh. Dari kejahatan makhluk-Nya. Dan dari kejahatan malam apabila telah gelap gulita. Dan dari kejahatan wanita-wanita tukang sihir yang menghembus pada buhul-buhul. Dan dari kejahatan pendengki bila ia dengki.’” (QS. al-Falaq [113]: 1-5).

Seseorang akan memiliki banyak keunggulan manakala ia bisa bersaing secara sehat. Semangat belajarnya tinggi, juga memiliki semangat untuk maju bersama. Bersaing dengan cara meningkatkan kualitas dirinya dan keterampilannya, bukan dengan menjatuhkan sesamanya. Ia pun dermawan untuk berbagi ilmu dan pengalaman, karena ia yakin ilmu semakin kuat dan berlimpah keberkahannya manakala ia ajarkan kepada orang lain. (KH. Abdullah Gymnastiar)