Berlebihan dalam Dakwah
Berlebihan dalam Dakwah
Ustaz Fathi Yakan dalam buku Yang Berguguran di Jalan Dakwah menyampaikan bahwa mereka yang bersikap berlebihan dalam dakwah berpotensi besar untuk berguguran. Ketika mereka yang terlalu meledak-ledak dan terlalu bersemangat akan mudah patah ketika terbentur sebuah ketidakidealan. Sedangkan mereka yang sedari awal bermalas-malasan dalam gerakan, semakin menghilang jika terbentur dengan kesibukan lain yang dapat dijadikan uzur untuk tidak muncul. Berlebihan dalam Dakwah.
Mari terlebih dahulu kita bahas tentang mereka yang berlebihan di jalan dakwah. Berlebihan dalam hal ini adalah manakala aktivis tersebut melakukan kerja-kerja dakwah di luar batas porsi yang dia mampu, dan memikirkan strategi problematika dakwah di luar jobdesk yang diamanahkan.
Porsi Proporsional
Sebagai contoh, jika seorang aktivis hanya mampu mengorbankan waktu, tenaga, dan harta pada batas tertentu, tapi dia memaksakan diri untuk melakukan lebih karena sebuah obsesi perjuangan, maka justru akibatnya yang kurang baik. Ia akan mudah patah jika menemukan kekecewaan karena ketidakidealan yang sering terjadi. Itulah kenapa Rasulullah melarang Umar bin Khattab untuk menginfakkan seluruh hartanya di jalan Allah sebagaimana Abu Bakar menginfakkan seluruh hartanya untuk perjuangan. Semua punya porsi masing-masing.
Dalam sebuah hadis yang diriwayatkan oleh Abdullah bin Masud Rasulullah bersabda, “Celakalah orang-orang yang berlebihan (ekstrem)!” Beliau berucap itu tiga kali. Begitu pula diriwayatkan dari Umar bin Khatab, ia berkata, “Kami dilarang bersikap takalluf atau memaksakan diri.”
Tiga Karakteristik
Secara umum ada tiga karakteristik ghuluw secara umum. Pertama, berlebih-lebihan dalam dakwah yakni berlebih-lebihan dalam keyakinan. Dalam hal ini maksudnya adalah selalu berlebihan meyakini manhaj perjuangan sebagai sebuah kebenaran yang mutlak. Padahal itu hanyalah sebuah urusan yang sifatnya furu’, sehingga yang muncul adalah sikap ashabiyah atau bangga yang berlebihan terhadap jamaah atau gerakan.
Kemudian yang kedua adalah berlebihan dalam perkataan. Mereka yang terlalu sesumbar ketika berkata apalagi di media sosial akan patah jika menemui realitas bahwa hidup itu memang keras dan berat. Tidak semudah yang mereka bayangkan, sehingga ide besar yang kadung diumbarkan di media sosial harus dikemas pelan-pelan sambil mundur teratur.
Sedangkan tipe yang terakhir adalah berlebih-lebihan dalam amal dan semangat juang. Mereka yang berlebih-lebihan dalam hal ini akan mulai terbentur ketika dirinya dan teman seangkatannya mulai memasuki jenjang pernikahan. Saat sama-sama masih bujang boleh jadi semua aktivis angkatannya tampak all out. Tapi setelah menikah kebanyakan mulai meredup dan mengurangi porsi di jalan gerakan. Mereka yang terlalu berlebih-lebihan akan merasa berjuang sendiri. Merasa dijadikan tumbal sehingga lebih berpotensi untuk tumbang duluan.
Seorang ustaz menjelaskan hal-hal yang menyebabkan seseorang terjangkit virus ghuluw ini, yang pertama disebabkan karena kurangnya ilmu dalam beragama. Kemudian karena memperturutkan obsesi dan hawa nafsu. Selanjutnya dapat juga disebabkan karena aktivis itu bersandar pada dalil-dalil yang kurang valid. Dan yang terakhir adalah karena percampuran pemikiran dengan adat istiadat yang bertentangan dengan ajaran Islam.* (Gian)
*disarikan dari Mengapa Aktivis Menghilang Setelah Menikah oleh Gandring AS