Berkumpul di Surga Bersama Anak Tercinta
Badan anak bungsungnya tiba-tiba tidak bisa digerakan sebelah. Dengan parasaan panik, anak bungsu yang masih lima tahun itu dibawa ke dokter. Hasil pemeriksaan dokter, tidak ada masalah dengan anaknya. Namun, kecemasan masih dirasakan kedua orangtuanya, terutama ibu si bungsu.
Perasaan khawatir tak kunjung hilang. Mereka ingin memastikan anak bungsunya benar-benar sehat. Untuk kedua kalinya, anaknya dibawa kembali ke dokter untuk diperiksa. Dan hasilnya ternyata sebuah pukulan berat bagi keduanya. Sebuah tumor berukuran 5,5 cm bersarang di dalam kepala si bungsu. Di dalam otaknya. Berbagai pemeriksaan lanjutan dan perawatan segera dilakukan. Kesibukan keduanya berubah 180 derajat. Setiap hari mereka bolak-balik ke rumah sakit.
Kondisi itu membawa mereka berdua ke sebuah perenungan. Berapa banyak waktu yang mereka habiskan bersama kedua anaknya? Betapa keduanya sibuk mencari setiap lembar rupiah, dengan dalih untuk membahagiakan keluarga. Namun, yang terjadi rumahnya menjadi miskin kehangatan. Kesibukan menenggelamkan keduanya dari indahnya beribadah bersama keluarga. Untuk menikmati Ramadhan di masjid bersama keluarga saja tak sempat dilakukan.
Allah lebih Mencintainya
Dokter mengatakan anaknya bisa dioperasi, namun efek sampingnya akan mengalami kecacatan. Entah itu bisu, tuli, atau buta. Dengan banyak pertimbangan, keduanya memilih operasi. Pascaoperasi anaknya menjadi bisu. Keduanya berusaha menerima itu dengan penuh keikhlasan.
Setelah operasi dan menjadi bisu, kondisi si bungsu ternyata terus memburuk. Untuk bertahan hidup, anaknya harus memakai alat. Kesedihan semakin mendalam ketika melihat anaknya terbaring tak berdaya. Doa pun semakin dikuatkan. Air mata doa untuk kesembuhan anaknya setiap malam dipanjatkan.
Empat bulan anaknya berjuang dengan alat-alat yang ditempel di tubuh. Sudah kering air mata kedua orang tuanya, namun doa tak pernah berhenti dipanjatkan. Sampai akhirnya mereka tak lagi meminta kesembuhan, namun yang terbaik dari Allah SWT.
Mereka sadar, Allahlah yang menggenggam jiwa anaknya. Allahlah yang berhak atas anaknya sepenuhnya. Mereka memasrahkan semua keputusan kepada Allah. Allah lebih mencintainya. Mereka memutuskan untuk melepaskan alat-alat pembantu di tubuh si bungsu.
Perlahan nafas anaknya melemah dan denyut jantungnya mengendur. Dokter mengatakan, lima belas menit menjadi waktu untuk mengucapkan perpisahan dengan anaknya. Lima belas menit terakhir hingga anaknya melepas ajal. Pelukan dan ciuman bersimbah air mata mengiringi kepergian si bungsu. Hati keduanya terus berusaha ikhlas sambil memeluk tubuh anaknya yang semakin dingin. Satu hal yang diinginkannya; kelak bisa berkumpul kembali di surga.
Berkumpul di Surga
Kehidupan di dunia pasti akan berakhir. Yang kekal hanyalah di akhirat kelak. Pertanyaannya, apakah surga atau neraka yang menjadi tempat tinggal abadi nanti? Itulah hal yang terus berada dalam benak keduanya.
Mereka masih merasa jauh dari bau surga. Hanya Allah yang tahu, seseorang bisa masuk surga, kecuali orang yang meninggal dalam kedaan suci seperti anak bungsunya. Jika berhitung amal, manusia mana yang tahu amalnya layak mengantarkan ke surga.
Mereka mulai berubah untuk lebih mendekat kepada Allah. Lebih Peduli kepada keluarga. Menghabiskan waktu bersama satu lagi anaknya, kakak si bungsu. Keduanya memutuskan, suami saja bekerja dan istri mengundurkan diri bekerja untuk sepenuhnya berada di rumah mengurus anak.
Delapan bulan sudah anak bungsunya tidak ada. Keduanya terus berusaha menjadi muslim yang lebih baik, sampai akhirnya mereka menemukan wakaf, amalan yang mengalirkan pahala abadi dan dirasa bisa mengantarkan keduanya bertemu dengan anaknya di surga.
Selasa, 28 Ramadhan, menjelang siang di kantor Wakaf DT, tabungan senilai 50 juta mereka akadkan untuk Wakaf Masjid 3 in 1. Merasa kurang, setelah Zuhur, mereka manambahkan wakafnya. Sejumlah 23 juta untuk Wakaf Masjid 3 in 1 dan 25 juta untuk Wakaf Asrama Tahfiz.
“Anak saya sudah pasti masuk surga, saya belum tentu. Ketika saya merindukannya, ingin bertemu, saya harus lebih berhat-hati dan mempersiapkan diri agar bisa berkumpul lagi dengan anak saya. Wakaf Ini adalah salah satu jalan, agar bisa bertemu dengan anak saya di surga,” ungkap ibu si bungsu sambil terus berusaha tegar. (Agus Iskandar)