Berdzikir Dengan Hati
Berdzikir Dengan Hati
Hadirin, rekan-rekan sekalian..
Jadi sunnah yang paling utama dari Rasullulah Shalallahu ‘alaihi wasallam adalah dzikrullah dimana pun dan dalam keadaan apapun. Dari dzikirlah yang akan melahirkan kebaikan lainnya, “Fadzkurunii adzkurkum” (maka ingatlah kepadaku maka aku akan mengingatmu). Kalau Allah Ta’ala mengingat kita secara special maka pasti kebaikan yang istimewa juga akan diberikan kepada kita.
Berdzikir diperintahkan berulang kali dalam Al-Qur’an dan Hadits, dalam berbagai kondisi. Dalam Al-Qur’an, Allah menjelaskan ciri seorang ulul albab adalah orang yang senantiasa berdzikir, sebagaimana dalam ayat berikut:
الَّذِيْنَ يَذْكُرُوْنَ اللّٰهَ قِيَامًا وَّقُعُوْدًا وَّعَلٰى جُنُوْبِهِمْ وَيَتَفَكَّرُوْنَ فِيْ خَلْقِ السَّمٰوٰتِ وَالْاَرْضِۚ رَبَّنَا مَا خَلَقْتَ هٰذَا بَاطِلًاۚ سُبْحٰنَكَ فَقِنَا عَذَابَ النَّارِ
“(yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri, duduk atau dalam keadaan berbaring, dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata), “Ya Tuhan kami, tidaklah Engkau menciptakan semua ini sia-sia; Mahasuci Engkau, lindungilah kami dari azab neraka.” (QS. Ali Imran: 191).
Bagaimana kita bisa berdzikir? Dzikir itu menurut Ibnu At-Thailah, tidak terjadi dzikir pada lahir seperti mengucap asmaullah melainkan dari kesadaran dan penglihatan batin, ketika kita melihat sesuatu yang membuat takjub, disitu secara langsung mulut mengucapkan dzikir yaitu MasyaAllah, melihat sesuatu yang membuat kita mengingat Allah maka mengucapkan SubhanaAllah.
Jika ingin mengetahui bagaimana posisi kita dihadapan Allah, maka sederhana sekali melihatnya, bagaimana kedudukan Allah dihati kita? Kalau kita meyakini bahwa semua ada dalam genggaman Allah, yang mengurus, mengetahui, dan menentukannya, maka sudah tentu sulit bagi kita untuk melupakan Allah, karena kita selalu menghadirkan Allah didalam hati. Bagaimana mungkin seorang hamba bisa melupakan Allah sedangkan yang ia lihat adalah ciptaan Allah?
Kita bisa berbicara, berpikir, nafas, udara, hujan yang diturun, dingin, panas, dan semuanya yang ada didalam dunia ini merupakan karunia Allah, yang seharusnya membuat kita dzikir kepada Allah. Begitu juga ketika kita sakit, mengucapkan do’a sebagai bentuk dzikir dan permohonan pertolongan Allah Ta’ala yang maha penyembuh. Seperti dzikir berikut:
“Alloohumma ‘aafinii fii badanii. Alloohumma ‘aafini fi sam’ii. Alloohumma ‘aafinini fi bashorii Alloohumma innii a’uudzubika minal kufri wal faqri, wa a’uudzubika min’adzaabil qobri, laa ilaaha ilaa anta.”
“Ya Allah, sehatkan badanku; Ya Allah, sehatkan pendengaranku; Ya Allah, sehatkan penglihatanku. Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu dari kekufuran dan kefakiran; ya Allah, aku berlindung kepada-Mu dari adzab kubur. Tiada Tuhan kecuali Engkau.”