Berdakwah dengan Hati

“Hati hanya bisa disentuh dengan hati”. Ini sebuah ungkapan familiar dari seorang ulama. Ungkapan ini menegaskan bahwa komunikasi sehebat apa pun, tanpa menggunakan hati tentu tidak akan maksimal. Begitu pun dengan dakwah. Tidak cukup mengandalkan materi bagus, komunikasi efektif, tapi juga dibutuhkan ketulusan hati, kelembutan, dan penuh kasih sayang dalam berdakwah.

Allah SWT berfirman:

فَبِمَا رَحْمَةٍ مِّنَ ٱللَّهِ لِنتَ لَهُمْ ۖ وَلَوْ كُنتَ فَظًّا غَلِيظَ ٱلْقَلْبِ لَٱنفَضُّوا۟ مِنْ حَوْلِكَ ۖ فَٱعْفُ عَنْهُمْ وَٱسْتَغْفِرْ لَهُمْ وَشَاوِرْهُمْ فِى ٱلْأَمْرِ ۖ فَإِذَا عَزَمْتَ فَتَوَكَّلْ عَلَى ٱللَّهِ ۚ إِنَّ ٱللَّهَ يُحِبُّ ٱلْمُتَوَكِّلِينَ

Artinya: “Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu.” (QS. Ali-Imran [3]: 159).

Syeikh Sa’dy dalam “Tafsir al-Karim al-Rahman” memberikan catatan penting setelah menafsirkan ayat tersebut. Beliau mengatakan akhlak mulia adalah bagian primer dalam agama. Sementara akhlak tercela membuat orang lari dan murka pada agama. Dengan menjalankan sikap lemah lembut, hati simpatik, dan akhlak mulia merupakan bagian ketaatan kita dalam menjalankan perintah Allah SWT dan meneladani Rasulullah saw.

Nabi Muhammad Berdakwah dengan Hati

Sejarah mencatat Nabi Muhammad menyampaikan pesan dakwah dengan hati penuh kasih sayang. Beliau menjalankan interaksi dengan luhur meski harus mendapatkan perlakuan kasar dari para objek dakwahnya. Contoh saat terjadi peristiwa di Thaif, beliau dilempari dengan batu oleh penduduk Tha’if hingga kakinya bersimbah darah.

Perbuatan mereka membuat Allah murka dan menawarkan kepada Nabi Muhammad bahwa Allah akan menghancurkan mereka dengan gunung. Namun akhlak mulia dan hati simpatik nya, Rasulullah justru berdoa, “Ya Allah, anugerahkanlah hidayah kepada kaumku; sesungguhnya mereka tidak tahu.” Kata-kata bersejarah ini menunjukkan betapa simpatiknya hati Rasulullah dalam berdakwah.

Jihad dalam Bingkai Kasih Sayang

Islam adalah agama rahmatan lil alamin. Islam mengajarkan kelembutan hati dan kasih sayang pada seluruh makhluk ciptaan Allah. Setelah dakwah dengan hati, penuh cinta kasih dan kelembutan sudah tidak efektif, justru Islam diserang, maka alternatif terakhir adalah mempertahankan diri dengan jihad.

Perlu dipahami, perang dalam Islam memiliki adab yang menggambarkan kasih sayang. Dalam peperangan, Islam melarang umatnya membunuh anak-anak, perempuan, orang tua renta, pemimpin agama, merusak tanaman, memutilasi, dan perbuatan keji lainnya.

3 Sa, Kiat Menjadi Pribadi Simpatik

Abdullah Gymnastiar atau Aa Gym membagikan kiat agar kita menjadi pribadi simpatik yakni 3 Sa. Setiap santri Daarut Tauhiid (DT) diharuskan bisa mengamalkan 3 Sa sebagai salah satu bagian tata nilai DT. 3 Sa merupakan modal awal seorang dai sebelum berdakwah. 3 Sa tersebut yakni:

Pertama, Saya aman bagimu. Artinya seorang muslim itu tidak ‘angker’ atau menakutkan. Ia selalu memberi rasa aman bagi siapa pun. Contoh seperti lebah yang Allah SWT sebutkan dalam al-Quran. Lebah adalah binatang baik, hanya mengambil yang baik dan mengeluarkan yang baik (madu).

Kedua, Saya menyenangkan bagimu. Artinya seorang muslim memiliki pribadi menyenangkan. Ia selalu tersenyum, sabar, dan menyenangkan orang lain.

Ketiga, Saya bermanfaat bagimu. Muslim yang baik adalah yang bermanfaat bagi orang lain. Rasulullah saw bersabda, “Sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi manusia.” (HR. Ahmad). (Ana)

ket: ilustrasi foto diambil saat sebelum pandemi