Berdakwah dengan Akhlak
Setiap orang pasti pernah berupaya untuk mengajak orang lain untuk berbuat kebaikan. Entah itu perbuatan yang besar atau perbuatan yang sederhana untuk dilakukan. Dan ajakan atau seruan yang kita lakukan kepada orang lain tidak selalu dilakukan atau dilaksanakan. Begitulah realita dalam berdakwah atau mengajak kepada kebaikan. Tidak semua orang yang kita ajak Allah gerakkan hatinya untuk mengikuti ajakan yang kita lakukan.
Boleh jadi karena Allah memang belum berkenan membalikkan hati orang tersebut, atau boleh jadi karena cara kita yang kurang dapat diterima oleh orang lain.
عَنْ أَبِي سَعِيْدٍ الخُدْرِيِّ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ، قَالَ: سَمِعْتُ رَسُولَ اللهِ ﷺ يَقُوْلُ: «مَنْ رَأَى مِنْكُمْ مُنْكَراً فَلْيُغَيِّرْهُ بِيَدِهِ، فَإِنْ لَمْ يَستَطِعْ فَبِلِسَانِهِ، فَإِنْ لَمْ يَستَطِعْ فَبِقَلْبِهِ وَذَلِكَ أَضْعَفُ الإِيْمَانِ» رَوَاهُ مُسْلِمٌ.
Dari Abu Sa’id Al-Khudri radhiyallahu ‘anhu, ia berkata, “Aku mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, ‘Barangsiapa dari kalian melihat kemungkaran, ubahlah dengan tangannya. Jika tidak bisa, ubahlah dengan lisannya. Jika tidak bisa, ingkarilah dengan hatinya, dan itu merupakan selemah-lemahnya iman.” (HR. Muslim, no. 49)
Dari hadits di atas membuktikan apapun keadaan kita, berdakwah adalah sebuah kewajiban meskipun dalam kondisi yang tidak memungkinkan kita untuk bergerak atau melakukan dakwah secara langsung. Bahkan sekalipun dalam kondisi dakwah yang kita lakukan ditolak oleh orang lain, tetap kita harus terus melakukan dakwah.
Teladan yang Baik
Yang menjadi pertanyaan adalah mengapa ada orang yang menolak untuk mengikuti ajakan baik dari kita. Perlu kita ketahui bersama bahwa pelaksanaan dakwah tidak hanya terbatas dengan kita harus menjadi ustadz atau tokoh agama. Tidak hanya harus dengan menyampaikan dalil-dalil dari Al-Qur’an dan hadits. Tetapi justru ada posisi dakwah kita akan diterima oleh orang lain ketika kita menunjukkan akhlak atau perilaku yang mencerminkan islam yang sebenarnya.
Tetapi bukan berarti kita berperilaku baik atau shalih karena ingin dilihat baik saja oleh orang lain. Tetapi yang utama adalah sikap dan perilaku yang kita tunjukkan adalah karena memang sudah menjadi akhlak kebiasaan sebagai ketaatan kepada Allah Ta’ala.
Misalkan, jika kita menegur orang lain di tempat umum untuk tidak membuang sampah sembarangan. Boleh jadi orang yang kita tegur akan marah karena merasa tersinggung dan malu. Tetapi jika kita menunjukkan sikap tidak buang sampah sembarangan, misalkan sampah bekas makan kita simpan terlebih dahulu di tas atau kantung celana karena di tempat tersebut tidak ada tempat sampah. Otomatis orang lain yang melihat akan berpikir bahwa sampah tidak boleh dibuang sembarangan.
Lebih baik disimpan sementara sampai menemukan tempat sampah. Mungkin cara ini belum tentu dapat diikuti langsung oleh orang lain dan perlu waktu yang tidak sebentar. Tetapi jika kita istiqamah dengan akhlak baik yang kita lakukan maka atas izin Allah orang lain akan mengikuti perilaku baik kita. Ini juga bisa menjadi ujian bagi kita. Apakah kita bisa sabar dengan dakwah yang kita lakukan, karena berharap orang lain harus segera mengikuti kebaikan yang kita lakukan. (Wahid)