Berbenah Menuai Berkah Ramadan
Suatu saat tersebar berita seorang kepala negara hendak berkunjung ke suatu daerah, maka serentak seluruh anggota masyarakat hirup pikuk mempersiapkan diri. Hal-hal istimewa berusaha ditampilkan, yang tidak nyaman dipandang segera dibenahi. Semua berusaha tampil lebih menarik, supaya tamu yang kelak datang merasa berkesan.
Di episode lain, sebuah keluarga mendapat kabar akan kedatangan seorang calon menantu dan besan. Semua anggota keluarga serentak berkumpul merencanakan dan memusyawarahkan berbagai persiapan untuk membuat tamu istimewa terkesan, meraih simpati, dan menuai harapan.
Itulah beberapa fenomena yang sering terjadi, ketika sesuatu yang istimewa akan kita hadapi. Kita selalu mempersiapkan diri untuk tampil lebih sempurna. Allah SWT banyak mengisyaratkan kepada kita akan pentingnya mempersiapkan diri sebelum menghadapi apapun, terutama menjelang kehidupan di akhirat kelak.
Rasulullah saw bersabda, “Orang yang cerdas adalah orang yang mampu mengendalikan nafsunya dan beramal untuk setelah kematian, sedangkan orang yang lemah adalah yang mengikuti hawa nafsunya dan hanya berharap kepada Allah SWT (tanpa amal).”
Tamu agung yang dinanti dan dirindu itu, sesaat lagi tiba. Itulah Ramadan. Bulan yang teramat dirindu dan dinanti kehadirannya oleh segenap kaum muslimin, bahkan Rasulullah dan para sahabatnya senantiasa menanti kehadirannya sebelas bulan sebelumnya. Memasuki gerbang Rajab dan Sya’ban, mereka meningkatkan persiapan, berbenah diri menyambut tamu yang telah lama dinanti dan dirindu sepanjang tahun.
Persiapan Jelang Ramadan
Berikut beberapa hal yang biasa dipersiapkan oleh Rasulullah dan para sahabat dalam menyambut bulan Ramadan.
Pertama, i’dadul jasadi (persiapan fisik). Setiap ibadah yang Allah wajibkan kepada kita, menuntut tiga hal agar ibadah itu bernilai di hadapan-Nya. Di antaranya pelaksanaan yang sesuai dengan sunnah Rasul, niat ikhlas karena Allah semata, dan dampak sosial yang dirasakan oleh masyarakat sekitar.
Begitu pula halnya dengan saum di Bulan Ramadan, ia melibatkan unsur jasadi dan ruh. Persiapan fisik yang sehat tentu akan menunjang keberhasilan ibadah di bulan Ramadan. Rasulullah saw mempersiapkan hal ini sejak bulan Sya’ban dengan cara memperbanyak saum. Aisyah ra menceritakan, “Aku tidak melihat Rasulullah saw melaksanakan saum satu bulan penuh kecuali pada bulan Ramadan dan aku pun tidak menyaksikan beliau saum (sunah) paling banyak melainkan pada bulan Sya’ban.” (HR Ash-shahihain)
Suatu hal yang logis tentuya, kalau kita sudah terbiasa melasanakan saum sebelum Ramadan, maka fisik, pencernaan, bangun untuk sahur dan ritme kehidupan yang lain akan menjadi hal yang biasa dalam hidup kita. Sehingga saat Ramadan menjelang, tidak lagi kita saksikan orang-orang yang lemas dan malas beraktivias dengan alasan saum. Selain itu, perhatian kita fokuskan kepada al-Quran. Dengan mempelajari kembali cara membaca yang benar dan memahami isinya, supaya di bulan Ramadan nanti kita bisa mengoptimalkan ibadah dengan membaca, memahami, dan menadaburinya.
Kedua, i’dadul ruhiy (persiapan ruhiyah/mental). Persiapan ruhiyah meliputi persiapan keilmuan dan memperbanyak doa. Pemahaman kita tentang saum Ramadan mesti ditingkatkan, karena ibadah yang dilandasi ilmu tentu lebih bermakna di sisi Allah SWT. Karena dengan ilmu tentang saum, kita juga bisa lebih menjaga amaliyah lain ketika sedang menjalankannya, sehingga hal yang bisa menggugurkan pahala atau yang membatalkannya, akan senantiasa kita hindari.
Tidak lupa kita juga harus memperbanyak doa agar usia kita sampai ke bulan Ramadan dan meraih semua pahala yang dijanjikan Allah. Di antara doa yang sering dibaca Rasulullah sejak memasuki Bulan Rajab yaitu, “Ya Allah berkahilah kami di Bulan Rajab dan Sya’ban serta sampaikanlah kami ke Bulan Ramadan.”
Ketiga, i’dadul maal (persiapan materi/keuangan). Persiapan materi menjelang Ramadan juga menjadi hal yang harus kita perhatikan. Beberapa tradisi di Bulan Ramadan seperti mempersiapkan baju baru, kue-kue lebaran, bisa kita arahkan menjadi hal yang bernilai positif jika kita meniatkannya untuk berinfak dan berbagi dengan sesama. Namun hal ini jangan sampai menyibukkan kita, sehingga lupa dengan keistimewaan ibadah Ramadan itu sendiri. Bahkan Rasulullah meningkatkan mujahadah (optimalisasi) ibadah di sepuluh hari terakhir dengan i’tikaf masjid.
Oleh karena itu, mempersiapkan keuangan menjelang Ramadan adalah hal yang mesti kita lakukan. Mulai dari amaliyah yang bersifat sunnah, seperti infak, sedekah, memberi makan untuk yang berbuka, memberi hadiah kepada orangtua, juga amaliyah wajib seperti zakat fitrah, membayar fidyah, dan lain-lain. Dengan mengingat keistimewaan-keistimewaan pahala yang akan Allah berikan, maka insya Allah persiapan materi ini akan menjadi bagian di antara agenda penting kita menjelang bulan Ramadan.
Mudah-mudahan dengan persiapan yang optimal dari saat ini, kita bisa menuai berkah yang akan Allah SWT limpahkan di Bulan Ramadan kelak. Wallahu a’lam bishshawab. (daaruttauhiid)
sumber foto: www.antero.co