Bahaya Sikap Dengki
Banyak orang tidak menyadari bahwa sifat iri dan dengki sesungguhnya lebih berimbas buruk pada diri sendiri ketimbang orang lain. Menyimpan penyakit hati itu ibaratnya menggenggam bara api yang akan melepuhi tangan sendiri. Bagi orang Islam, penyakit iri dan dengki harus diwaspadai. Sebab, orang yang mengidap penyakit itu tidak akan pernah puas dengan nikmat yang telah Allah karuniakan kepadanya.
Pikirannya akan tumpul karena selalu memikirkan kenikmatan orang lain. Bila penyakit itu memuncak, bisa saja ia berbuat apa pun untuk menghilangkan kenikmatan orang lain, bahkan ingin memikinya. Dampak terpaling besar adalah hancurnya tali persaudaraan dan tumbuh suburnya kebencian. Padahal, persaudaraan adalah kekuatan kedua umat Islam setelah akidah.
Sifat hasad (dengki), Al-Ghazali pernah berkisah tentang bahayanya kepada orang lain. Hasad adalah sikap batin yang tidak senang terhadap kebahagiaan orang lain dan berusaha untuk menghilangkannya dari orang tersebut.
Pada hakikatnya, penyakit ini mengakibatkan si penderita tidak rela atas qadha’ dan qadar Allah, sebagaimana perkataan Ibnul Qayyim ra: “Sesungguhnya hakikat hasad adalah bagian dari sikap menentang Allah karena ia (membuat si penderita) benci kepada nikmat Allah atas hamba-Nya; padahal Allah menginginkan nikmat tersebut untuknya. Hasad juga membuatnya senang dengan hilangnya nikmat tersebut dari saudaranya, padahal Allah benci jika nikmat itu hilang dari saudaranya. Jadi, hasad itu hakikatnya menentang qadha’ dan qadar Allah”. (Al-Fawa’id, hal. 157).
Efek dari sikap hasad sungguh luar biasa. Hadis yang diriwayatkan Abu Dawud tersebut menyebutkan bahwa hasad bisa menghancurkan seluruh catatan amal saleh. Hasad pun bisa menimbulkan kebencian, sehingga ia sulit berbuat kebaikan pada orang yang ia dengki. Pada saat yang sama ia pun akan sulit menerima kebaikan yang diberikan orang itu.
Hasad atau dengki memang betul-betul musuh orang-orang beriman yang berbisik dihati dan telinga, dan salah satu obat yang dapat menetralisirnya adalah memperbanyak syukur atas nikmat yang kita peroleh, sekecil apapun, untuk menjaga keseimbangan hidup, karena rezeki seseorang itu tidak akan pernah tertukar.