Bahagia dan Selamat Ada Dalam Ketaatan
Bahagia dan Selamat Ada Dalam Ketaatan.
Hukum itu ada wajib, ada mubah, ada sunnah, ada haram, ada makruh, dan semua ini dirancang oleh Allah supaya kita hidup teratur dan bahagia. Supaya kita mulia, dan yang terpenting supaya kita selamat saat kembali ke asal muasal nenek moyang kita, yaitu surga. Nabi adam bukan penduduk asli dunia, Nabi Adam adalah penduduk surga, begitu juga dengan Hawa. Kita adalah ciptaan Allah, dirancang oleh Allah, dan Allah tahu persis apa yang membuat kita Bahagia.
Semua yang membuat kita mulia dan selamat adalah Allah, segala yang tersimpan pada perintahnya. Jadi kalau kita mendengar perintah Allah maka itu adalah perintah bahagia, perintah mulia, dan perintah selamat untuk kembali ke surga. Dan apa yang sudah Allah larang itu sudah pasti membuat kita sengsara, hina, dan celaka. Tapi Allah juga menciptkan nafsu, yang kemudian nafsu menilai sebaliknya. Apa yang Allah suka nafsu tidak suka, apa yang Allah tidak suka nafsu suka, dan inilah sebagai ujian bagi kita.
Yang menciptakan nafsu itu adalah Allah Ta’ala dan syaitan bagian nipu manusia, syaitan bagian membisiki saja, supaya kita menampakan sesuatu yang buruk. Nafsu itu kendaraan, tabiat nafsu senang terhadap sesuatu yang tidak disukai Allah dan tabiat nafsu juga tidak senang terhadap apa yang Allah disukai. Kemudian diperjelas oleh bisikan syaitan supaya makin bulat. Jadi terbayang jika orang-orang yang tidak paham agama pasti tuhannya nafsu.
قَالَ فَبِمَآ أَغۡوَيۡتَنِى لَأَقۡعُدَنَّ لَهُمۡ صِرَٲطَكَ ٱلۡمُسۡتَقِيمَ (١٦) ثُمَّ لَأَتِيَنَّهُم مِّنۢ بَيۡنِ أَيۡدِيہِمۡ وَمِنۡ خَلۡفِهِمۡ وَعَنۡ أَيۡمَـٰنِہِمۡ وَعَن شَمَآٮِٕلِهِمۡۖ وَلَا تَجِدُ أَكۡثَرَهُمۡ شَـٰكِرِينَ (١٧)
“Iblis menjawab, ‘Karena Engkau telah menghukumku tersesat, maka saya benar-benar akan (menghalang-halangi) mereka dari jalan-Mu yang lurus, kemudian saya akan mendatangi mereka dari muka dan dari belakang mereka, dari kanan dan dari kiri mereka. Dan Engkau tidak akan mendapati kebanyakan mereka bersyukur.” (QS. Al-A’raf: 16 -17 )
Taat itu pasti melelahkan, setiap ketaatan itu pasti membutuhkan perjuangan, tetapi lelahnya taat dengan istirahat bisa hilang dan yang tetap itu adalah pahalanyanya. Capeknya hilang dan pahalanya ada kalau ikhlas. Kalau senangnya memuaskan nafsu, pasti hilang pahalanya dan yang tetap itu adalah hukumannya. Misalkan orang berzina maka kesenangan dibuat tidak lama tapi kehinaannya, kebinasaannya, dan hukumannya akan lama. Setiap nafsu diciptkan oleh Allah seperti fatamorgana, nampaknya menyenangkan tapi menghinakan dan mencelakan.
Nah, mulai sekarang kita harus sadar, ada perintah Allah maka disana saya akan bahagia. Jadi seharusnya jika kita mendengar perintah Allah seperti perintah sholat, perintah shaum, perintah baca Al-Quran, perintah sedekah, maka kita harus menganggap itulah yang membuat seseorang bahagia dan itu yang merasa dicari. Akan tetapi kita juga harus ingat bahwa ada ujiannya yaitu nafsu. Wallahu a’lam bishowab.