Bagaimana Hisab Seorang Bayi yang Meninggal Dunia?
DAARUTTAUHIID.ORG | Setiap manusia pasti akan merasakan kematian. Namun, tidak ada satupun di antara manusia yang mengetahui kapan seseorang akan mati. Ada yang meninggal di usia tua dan ada juga yang meninggal usia muda. Allah Ta’ala merahasiakan kapan seseorang akan meninggal.
Lantas bagaimana jika seorang bayi meninggal dunia? Apakah ia akan dihisab? Seorang bayi yang meninggal akan dijamin masuk surga tanpa perlu dihisab.
Bayi atau anak-anak yang meninggal sebelum baligh mendahului kedua orang tuanya akan menjadi syafaat bagi orang tuanya. Hal ini sebagaimana yang disebutkan dalam sebuah hadits Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wassalam bersabda:
“Wahai Ummu Sulaim, tidaklah dua orang muslim yang telah ditinggal mati tiga orang anaknya kecuali Allah akan memasukkannya ke dalam surga karena kasih sayangnya kepada mereka.” Ummu Sulaim kemudian bertanya, “Kalau dua?” Beliau menjawab, “Dua juga.” (HR Bukhari)
Anak yang meninggal dalam usia belum baligh dijamin masuk surga tanpa dihisab juga telah ditulis oleh Brilly el-Rasheed dalam bukunya yang berjudul “Seni Menjemput Kematian”, ia menjelaskan bahwa seorang anak yang minggal akan memberikan syafaat kepada kedua orangtua untuk bisa masuk surga.
Ruh seorang anak berada di dalam alam barzakh dengan tenang dan senang, sejak meninggal hingga hari Kiamat, mereka selalu ingat kedua orang tuanya.
Jika diziarahi, seorang anak yang telah wafat akan tahu dan melihat yang menziarahi mereka serta mendengarkan omongannya, menjawab salam, dan mendengarkan doa. Kegiatan sehari-harinya di alam barzakh hanya istirahat menunggu datangnya hari Kiamat.
Adapun riwayat lain yang diceritakan ummul mu’minim, Aisyah, berkata “Pada suatu ketika Rasulullah pernah diundang untuk melayat jenazah seorang bayi dari kaum Anshar. Kemudian saya berkata kepada beliau, ‘Ya Rasulullah bahagianya bayi kecil ini! Seekor dari burung-burung di surga.’
Kemudian Rasulullah bersabda, ‘Hai Aisyah, sesungguhnya Allah telah menciptakan bagi surga penghuni yang akan mendiaminya, sedangkan mereka, kala itu masih dalam tulang rusuk orang tua mereka.'”
Maksud dari sabda Rasulullah tersebut adalah larangan bagi Aisyah untuk memberikan kepastian tentang tempat kembalinya seseorang di akhirat kelak, surga atau neraka, sekalipun dia anak kecil yang belum mempunyai dosa. Sebab, boleh jadi anak kecil itu mengikuti agama dan keyakinan kedua orang tuanya yang bukan muslim.
Abdul Muhsin al-Muthairi dalam bukunya yang judul Buku Pintar Hari Akhir, menjelaskan bahwa Nabi Ibrahim AS dan Siti Sarah akan menjadi pengasuh bagi anak-anak kecil yang meninggal dunia sebelum orang tua mereka di sebuah gunung di surga. Digambarkan kehidupan anak-anak kecil tersebut di surga berlari-larian ke sana kemari tanpa ada yang menghalangi mereka satu pun. (Arga)