Asma Nadia, Jilbab Traveler yang Berdakwah Lewat Karya

“Jilbab menutup kepalamu, bukan otak. Tidak usah khawatir, dengan jilbab gerak gerikmu terbatas. Jilbab bukan penghalang mencapai mimpi-mimpimu. Pun bukan penghalang untuk mendunia. Petualangan 1 dari 65 negara yang Allah izinkan saya cicipi dimulai sejak awal dengan jilbab terjulur. (Asma Nadia)

Siapa yang tak mengenal muslimah yang satu ini. Selain piawai merangkai kata menjadi kalimat yang menyentuh jiwa, perempuan berjilbab ini juga mampu “menyulap” hobinya menjadi karya-karya yang menginspirasi umat. Selain cerpen, Asmarani Rosalba atau yang akrab Asma Nadia ini juga piawai menulis novel.

Kegemarannya menulis ia tuangkan dalam bentuk cerpen dan novel. Puluhan buku sukses diterbitkan dan beberapa bukunya berhasil difilmkan. Beberapa novel yang difilmkan yakni: “Assalamualaikum, Beijing!”, “Surga yang Tak Dirindukan”, “Emak Ingin Naik Haji”, “Love Sparks in Korea”, dan “Rumah Tanpa Jendela” sukses menyedot perhatian masyarakat.

Perjalanan Terjal

Tak ada yang menyangka, untuk mencapai kesuksesannya saat ini, Asma harus menempuh perjalanan yang tak mudah. Asma lahir dan tumbuh di lingkungan yang mencintai seni menulis. Amin Usman, ayah Asma adalah seorang pencipta lagu yang menginspirasi. Begitu pun dengan Maria Erry Susianti, ibu sekaligus guru pertama Asma yang suka menulis buku harian.

Asma kecil pernah hidup berpindah-pindah, bahkan Asma dan keluarganya pernah tinggal di tepian rel kereta api. Meski hidup dalam keterbatasan, Asma selalu melihat ibunya memuliakan buku. Asma juga diajari cara memperlakukan buku, misalnya menyampulnya dengan plastik atau kertas minyak. Sejak itu, Asma tumbuh menjadi gadis yang gemar membaca dan menulis.

Di usianya yang baru genap tujuh tahun, Asma mengalami gegar otak karena terbentur dari tempat tidur. Awalnya, keluarga hanya menganggap luka biasa. Ternyata, hasil pemeriksaan intensif menyimpulkan Asma mengalami gegar otak. Kemalangannya pun bertambah ketika dokter menyatakan bahwa jantung dan paru-parunya tidak sehat. Meskipun demikian, Asma yang perlahan tumbuh menjadi remaja tetap semangat menulis.

Berbagai perhargaan baik penghargaan nasional dan regional didapatkan Asma. Asma dinobatkan sebagai Pengarang Terbaik Nasional, penerima Adikarya Ikapi Award tahun 2000 dan 2001. Tahun 2005, Asma meraih penghargaan dari Majelis Sastra Asia Tenggara (Mastera), Anugrah IBF Award sebagai novelis islami terbaik (2008), dan Peserta terbaik lokakarya perempuan penulis naskah drama yang diadakan FIB UI dan Dewan Kesenian Jakarta.

Kepada tim Swadaya, Asma menuturkan alasan utamanya menulis, yakni meraih cinta dan rida-Nya. Asma ingin mengedukasi tentang kebaikan dan kebenaran dalam berbagai hal. Karya-karyanya selalu dilatarbelakangi dengan kisah nyata dan memiliki ciri khas tersendiri, yakni humanisme, cinta dan kasih sayang, kesabaran, perempuan dan arti penting nilai agama dalam berinteraksi.

Jilbab Traveler

Selain hobi menulis yang dituangkan lewat cerpen dan novel, Asma juga memiliki hobi fotografi dan traveling. Hobinya tersebut telah mengantarkan Asma mengarungi puluhan negara dan ratusan kota di dunia. Asma juga dikenal sebagai “Jilbab Traveler” yang menginspirasi banyak muslimah.

Rupanya, hobi travelingnya itu terinspirasi dari hiasan atau souvenir pintu kulkas. Sejak usia 5 tahun, Asma bisa berjam-jam berdiri di depan pintu Omanya di Bandung. Yang dilakukan Asma hanya menatap hiasan magnet kulkas berbagai negara yang dibawa Omanya dari berbagai negara seperti Singapore, Hongkong, Thailand, Malaysia dan berbagai negara lain.

“Seringkali saya digoda keinginan untuk mencabut magnet dari kulkas, hingga bisa menggenggamnya. Tapi sebagai anak tidak mampu, yang cuma tinggal di samping rel kereta api, makan nasi dengan garam atau kecap, saya tahu diri. Tidak berani sebab takut menjatuhkannya ke lantai. Apalagi sebagian terbuat dari keramik yang bisa pecah. Jadi saya hanya memandangnya sambil berpikir suatu hari semoga bisa memiliki magnet dan gantungan kunci dari banyak negara di dunia,” kenang Asma.

Menginjak usia 27 tahun keinginan Asma akhirnya terwujud. Dunia menulis telah menerbangkan Asma ke berbagai negera impiannya. Negeri yang pertama Asma kunjungi adalah Brunei dan setelah itu Asma ke Thailand dan Singapore. Pengalaman Asma selama berada di luar negeri dituliskan di novel “Jilbab Traveller: Love Sparks in Korea” dan “Cinta 2 Kodi”.

“Dari sebuah souvenir kecil di pintu kulkas, keinginan traveling bermula. Menjelajahi bumi Allah, melihat tempat-tempat ajaib yang selama ini hanya bisa saya lihat berupa noktah di peta. Kota-kota, puluhan negara,” kata istri dari Isa Alamsyah ini.

Asma mengaku, sebagian besar perjalanannya ke berbagai negara dilakukan tanpa biaya alias gratis. Sebagian besar perjalanannya untuk memenuhi undangan mengikuti program writers in residence atau memberi workshop menulis dan materi kajian muslimah atau parenting. Total 65 negara dan 428 kota yang Asma kunjungi.

Tetap Kompak

Tahun 1995, Asma menikah dengan Isa Alamsyah. Dari pernikahannya tersebut, Asma Nadia dikaruniai dua orang anak bernama Eva Maria Putri Salsabila dan Adam Putra Firdaus.

Meskipun Asma sering bepergian keluar negeri, hubungan Asma dengan keluarganya tetap harmonis dan tetap kompak. Asma bahagia dikaruniai suami yang pengertian dan selalu mendukung Asma di mana pun. Pun dengan suami Asma yang bahagia dikaruniai istri yang sangat menyayangi keluarganya.

“Saya bersyukur dapat suami yang baik dan anak-anak yang luar biasa,” ujar Asma.

Asma dikaruniai dua anak yang masih remaja. Bagi Asma, kedua buah hatinya itu adalah anugerah yang tak terhingga dari Allah SWT. Hubungan ketiganya sangat baik, harmonis, bahkan anak laki-lakinya yang akrab disapa Adam sangat dekat dengan Asma.

Meskipun anak laki-laki, Adam tak pernah canggung menunjukkan atau mengungkapkan kemesraan hubungan dengan ibunya. Ia kerap menggandeng Asma atau memegang tangan Asma ketika berjalan, makan, atau saat ngobrol sekalipun.

Asma ingat, pernah suatu hari Adam berkata kepadanya. “Suatu hari aku pengen ngikutin jejak bunda. Bisa dakwah untuk Islam, bisa bantu orang lain, dan bunda itu adalah motivasi aku. Adam belajar banyak hal dari bunda dan bunda adalah satu alasan Adam dekat dengan Allah. Adam berharap bisa jadi anak yang saleh dan bisa bawa bunda ke surga.”

Kata-kata Adam ini sangat menyentuh dan berarti baginya. “Buat Asma, Adam adalah salah satu keajaiban yang nyata karena dulu pendarahan otaknya berat. Kalau sama Caca sudah kayak temen, kalau sama Adam benar-benar seperti ibu dan anak,” ujar Asma sambil mengusap air matanya. (Astri Rahmayanti)