Apa yang menyebabkan orang menjauh dari kita?
Q.S Ali-Imran ayat 159
فَبِمَا رَحْمَةٍ مِّنَ ٱللَّهِ لِنتَ لَهُمْ ۖ وَلَوْ كُنتَ فَظًّا غَلِيظَ ٱلْقَلْبِ لَٱنفَضُّوا۟ مِنْ حَوْلِكَ ۖ فَٱعْفُ عَنْهُمْ وَٱسْتَغْفِرْ لَهُمْ وَشَاوِرْهُمْ فِى ٱلْأَمْرِ ۖ فَإِذَا عَزَمْتَ فَتَوَكَّلْ عَلَى ٱللَّهِ ۚ إِنَّ ٱللَّهَ يُحِبُّ ٱلْمُتَوَكِّلِينَ
“Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. Karena itu maafkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka, dan bermusyawaratlah dengan mereka dalam urusan itu. Kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, maka bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakkal kepada-Nya.”
Jadi, kalau ada orang yang tidak nyaman bersama kita, mungkin karena hati kita hati yang keras, hati yang kasar. Sehingga menjadikan oranglain tidak nyaman dengan kita. Rasulullah SAW itu kalau oranglain berjumpa dengan beliau, senang sekali dan merasa saya lah orang yang paling utama karena Rasulullah SAW itu kalau berjumpa dengan orang bukan hanya berjumpa, tetapi diperhatikan hati dan pikirannya. Ini bukan masalah waktu dan jarak, tetapi masalah hati. Berapa banyak kita bertemu dengan orang, fisik dekat tapi hati tidak dekat.
KIAT-KIAT MELEMBUTKAN HATI
1. Banyaklah memikirkan kebaikan jasa dan pengorbanan orang lain kepada kita.
Berapa banyak orang yang berjuang dan berkorban untuk kita, tetapi tidak pernah kita pikirkan.
• Nikmat tercipta
• Nikmat mengenal Alloh
Jadi orang yang harus paling kita kenang adalah orang yang menjadi jalan kita mengenal Alloh dan memotivasi kita untuk menuju jalan kepada Alloh. Ini penting sekali, jangan sampai kita melupakan jasa guru-guru kita. Ingat bagaimana akhlak, kemunafikan, kemusyrikan saat belum mengenal Alloh lalu ada guru yang berjuang siang malam tanpa pamrih. Yang tadinya tersesat menemukan jalan yang lurus, yang tadinya menuhankan dunia menjadi ingat akhirat, yang tadinya menuhankan diri menjadi sadar diri, ini tidak ternilai.
2. Kita harus ber empati
Orang yang lebih ber empati kepada orang lain akan menjadi lebih lembut hatinya, daripada memikirkan itu bukan urusan saya, jangan hanya mementingkan perasaan sendiri. Yang jadi ahli ibadah tapi hatinya keji, ada yang berlumur dosa tapi dia punya hati nurani bisa berbuat kebaikan. Apa artinya kita ibadah kalau hati kita menjadi keji. Jadi kalau dengan Alloh itu urusannya sampai ke lubuk hati yang paling dalam, boleh jadi ada orang yang tidak dikenang siapapun tetapi sangat dikenang oleh Alloh dan penduduk langit, karena punya ketulusan dan kebaikan hati.
Q.S Qaaf ayat 16-18
وَلَقَدْ خَلَقْنَا ٱلْإِنسَٰنَ وَنَعْلَمُ مَا تُوَسْوِسُ بِهِۦ نَفْسُهُۥ ۖ وَنَحْنُ أَقْرَبُ إِلَيْهِ مِنْ حَبْلِ ٱلْوَرِيدِ
16. Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dan mengetahui apa yang dibisikkan oleh hatinya, dan Kami lebih dekat kepadanya daripada urat lehernya,
إِذْ يَتَلَقَّى ٱلْمُتَلَقِّيَانِ عَنِ ٱلْيَمِينِ وَعَنِ ٱلشِّمَالِ قَعِيدٌ
17. (yaitu) ketika dua orang malaikat mencatat amal perbuatannya, seorang duduk di sebelah kanan dan yang lain duduk di sebelah kiri.
مَّا يَلْفِظُ مِن قَوْلٍ إِلَّا لَدَيْهِ رَقِيبٌ عَتِيدٌ
18. Tiada suatu ucapanpun yang diucapkannya melainkan ada di dekatnya malaikat pengawas yang selalu hadir.
3. Senang mendoakan orang lain
Menebarkan salam merupakan salah satu doa kita kepada orang lain. Assalamu’alaikum, semoga Alloh memberikan keselamatan bagimu.
Warohmatullahi, semoga Alloh mencurahkan kasih sayang kepadamu.
Wabarokatuh, semoga Alloh memberikan keberkahan bagimu.
Kalau kita mengucapkan salam kepada orang lain memakai hati itu akan melembutkan hati karena kita menginginkan kebaikan untuk orang lain. Jangan ragu-ragu tebarkan salam.
4. Silaturahim
Bersilaturahimlah, dan jangan ragu untuk memberikan hadiah, punya uang jangan hanya dikumpulkan saja. Jangan membebani orang lain.
Orang yang hatinya keras itu adalah orang yang egois, yang hanya memikirkan dirinya sendiri tapi memikirkan yang salah. Ada yang harus kita pikirkan mengenai diri kita, yaitu memikirkan dosa dan kesalahan kita. Jika kita sibuk memikirkan saya sudah baik, saya sudah berjasa, saya sudah benar, saya saya dan saya, keras lah hatinya. Hati yang keras itu tidak akan membuat nyaman dirinya dan orang lain. (Rindi – MQ Digital)