Apa Itu Flu Burung?
Beberapa belas tahun lalu, pernah mewabah penyakit avian influenza (flu burung) di dunia, termasuk Indonesia. Banyak yang terkejut dengan adanya kasus tersebut, dan berbagai media massa pun melaporkan pemberitaannya secara masif. Pada beberapa kasus, orang yang ditulari penyakit ini kemudian berakhir dengan kematian.
Saat itu, kecemasan menghinggapi banyak orang karena khawatir penyakit ini akan menjadi Kejadian Luar Biasa (KLB) di Indonesia. Apalagi kemudian diberitakan oleh WHO (World Health Organisation/Organisasi Kesehatan Dunia) bahwa virus flu burung mudah menyebar pada waktu musim hujan.
Meskipun kini kasus itu telah lama berlalu dan bisa dicegah penularannya sehingga tidak meluas menjadi pandemi, tidak ada salahnya kita membahas kembali penyakit tersebut. Mengapa? Supaya lebih waspada dan jangan sampai membuat kita panik ketika mendengar mengenai flu burung.
Tentang Flu Burung
Flu burung adalah penyakit infeksi pada unggas yang disebabkan oleh virus Avian Influenza tipe H5N1. Penyakit ini ditandai dengan beberapa gejala:
– Demam lebih dari 38 derajat celcius dan tidak turun-turun.
– Sakit kepala, lemas, sakit tenggorokan, batuk, dan pilek.
– Tidak nafsu makan, muntah, nyeri perut, sesak napas.
– Perdarahan hidung dan gusi, serta diare.
– Apabila kondisi memburuk, timbul radang paru (pneumonia) dan ketika masuk rumah sakit sudah harus mendapatkan perawatan mesin pernafasan.
Penularan unggas ke manusia terjadi ketika bersentuhan dengan unggas hidup yang sakit atau menghirup kotorannya. Sampai saat ini belum ada bukti penularan dari manusia ke manusia. Jika virus ini sudah menyerang antar manusia, kemungkinan terjadi wabah yang menimbulkan kematian.
Oleh karena itu, untuk mencegahnya penyebaran virus melalui unggas dan binatang lain harus dihentikan.Yang harus diwaspadai adalah jika kita punya riwayat mengunjungi peternakan atau kontak dengan unggas yang sakit. Apabila iya, segera pergi ke rumah sakit bila ada gejala flu.
Masa inkubasi (waktu sejak kontak dengan unggas sampai timbulnya penyakit ini) berkisar antara 3 sampai 21 hari. Pencegahannya, sesuai dengan hadis bahwa, “Kebersihan sebagian dari iman,” dan pepatah mengatakan, “Lebih baik mencegah daripada mengobati,” merupakan resep yang dapat diterapkan dalam kehidupan dan lingkungan kita.
Oleh karena itu, menurut WHO ada beberapa prinsip hidup sehat yang direkomendasikan yaitu:
1. Mencuci tangan dan menggunakan alat pelindung diri. Hal ini yang harus dilakukan apabila ada kontak dengan unggas baik yang mati atau hidup.
2. Daging unggas harus dimasak sampai suhu 70-80 derajat celcius, sedikitnya selama satu menit.
3. Terapkan pola hidup sehat. Secara umum pencegahan flu burung adalah menjaga daya tahan tubuh dengan selalu mengonsumsi makanan bergizi seimbang, istirahat cukup dan olah raga yang teratur, serta rutin konsumsi vitamin.
Selain itu dimohon kerja sama yang terpadu antara pekerja dan pemilik peternakan atau pemotongan hewan unggas. Para pekerja yang memegang unggas sakit atau mati harus memakai pelindung sarung tangan, masker, dan sepatu boot. Kandang unggas harus dibersihkan sesuai dengan prosedur dan aturan yang berlaku. Apabila ada petugas yang terkena flu atau kena infeksi segera dibawa ke rumah sakit.
Pengobatannya dianjurkan segera ke rumah sakit. Penanganan yang cepat dengan pemberian obat untuk menghambat penjalaran virus di dalam tubuh telah tersedia, yaitu Tamiflu. Obat ini hanya efektif dalam tempo 2 x 24 jam setelah pasien menunjukkan gejala flu. Obat ini hanya disalurkan pada rumah sakit tertentu di Indonesia.
Kemunculan penyakit ini memberikan pelajaran bahwa pencegahan suatu penyakit adalah sangat penting. Berbagai upaya yang dilakukan masyarakat dan pemerintah harus lebih terintegrasi dan terkoordinasi terutama dalam kebersihan diri dan lingkungan.
Tidak lupa kita semua berdoa, semoga penyakit flu burung tidak menjadi wabah dan terulang kembali di Indonesia juga dunia. Menjadi pelajaran dan hikmah. Mudah-mudahan Allah SWT senantiasa melindungi kita semua. (daaruttauhiid)
sumber foto: halodoc.com