Amalan Penghujung Ramadhan
Tidak terasa hari ini tinggal beberapa hari lagi Ramadhan akan meninggalkan kita. Maka orang-orang beriman jika mendekati hari terakhir bulan Ramadhan ia akan merasa sedih, karena keistimewaan bulan Ramadhan dengan segala keutamaan didalamnya yang hanya bisa didapat satu tahun sekali, dan kita harus menunggu tahun depan untuk mendapatkan keutamaan tersebut, itu pun jika Allah masih memberikan umur kepada kita. Oleh karena itu di hari-hari terakhir bulan Ramadhan ini alangkah lebih baiknya kita memaksimalkan ibadah kita kepada Allah Ta’ala. Lalu apa amalan yang harus dilakukan untuk memaksimalkan ibadah di akhir bulan Ramadhan?
Mencari Lailatul Qadar
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
تَحَرَّوْا لَيْلَةَ الْقَدْرِ فِى الْوِتْرِ مِنَ الْعَشْرِ الأَوَاخِرِ مِنْ رَمَضَانَ
“Carilah lailatul qadar di malam ganjil dari sepuluh malam terakhir di bulan Ramadhan.” (HR. Bukhari)
Ketika kita masuk ke sepuluh hari terakhir bulan Ramadhan yang pertama kali harus kita lakukan adalah mencari lailatul qadar. Maksudnya adalah di sepuluh hari terakhir ini kita maksimalkan betul-betul diri kita untuk melakukan segala ibadah yang bisa menghidupkan sepuluh hari terakhir agar lebih giat lagi beribadah dibandingkan dua puluh hari sebelumnya. Karena lailatul qadar kita tidak tahu akan jatuh pada hari apa. Bahkan beberapa pendapat mengatakan bahwa setiap orang beriman memiliki kemungkinan untuk mendapatkan lailatul qadar yang berbeda, sesuai dengan kualitas dan kuantitas ibadahnya di sepuluh hari terakhir khususnya di waktu malam hari.
Perbanyak Shalat Sunnah
Untuk menghidupkan malam sepuluh hari terakhir Ramadhan hendaknya seseorang untuk perbanyak shalat sunnah di malam hari. Setelah melakukan shalat ‘Isya berjamaah lakukanlah shalat sunnah rawatib, kemudian dilanjutkan dengan shalat tarawih, disambung lagi dengan shalat tahajud dan witir. Tentunya di sela-sela waktu shalat sunnah tersebut ia boleh beristirahat untuk mengumpulkan kembali tenaga agar bisa melanjutkan malam dengan ibadah-ibadah lainnya.
Membayar Zakat Fitrah
يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوٓا۟ إِنَّ كَثِيرًا مِّنَ ٱلْأَحْبَارِ وَٱلرُّهْبَانِ لَيَأْكُلُونَ أَمْوَٰلَ ٱلنَّاسِ بِٱلْبَٰطِلِ وَيَصُدُّونَ عَن سَبِيلِ ٱللَّهِ ۗ وَٱلَّذِينَ يَكْنِزُونَ ٱلذَّهَبَ وَٱلْفِضَّةَ وَلَا يُنفِقُونَهَا فِى سَبِيلِ ٱللَّهِ فَبَشِّرْهُم بِعَذَابٍ أَلِيمٍ.
يَوْمَ يُحْمَىٰ عَلَيْهَا فِى نَارِ جَهَنَّمَ فَتُكْوَىٰ بِهَا جِبَاهُهُمْ وَجُنُوبُهُمْ وَظُهُورُهُمْ ۖ هَٰذَا مَا كَنَزْتُمْ لِأَنفُسِكُمْ فَذُوقُوا۟ مَا كُنتُمْ تَكْنِزُونَ
“Wahai orang-orang yang beriman! Sesungguhnya banyak dari orang-orang alim dan rahib-rahib mereka benar-benar memakan harta orang dengan jalan yang batil, dan (mereka) menghalang-halangi (manusia) dari jalan Allah. Dan orang-orang yang menyimpan emas dan perak serta tidak menginfakkannya di jalan Allah, maka berikanlah kabar gembira kepada mereka, (bahwa mereka akan mendapat) azab yang pedih, (ingatlah) pada hari ketika emas dan perak dipanaskan dalam neraka jahanam, lalu dengan itu disetrika dahi, lambung dan punggung mereka (seraya dikatakan) kepada mereka, “Inilah harta bendamu yang kami simpan untuk dirimu sendiri, maka rasakanlah (akibat dari) apa yang kamu simpan itu.” (at-Taubah 34-35)
Menggenapkan Ramadhan
صُومُوا لِرُؤْيَتِهِ وَأَفْطِرُوا لِرُؤْيَتِهِ وَانْسُكُوا لَهَا فَإِنْ غُمَّ عَلَيْكُمْ فَأَكْمِلُوا ثَلَاثِينَ فَإِنْ شَهِدَ شَاهِدَانِ فَصُومُوا وَأَفْطِرُوا
“Berpuasalah kalian karena melihatnya, berbukalah kalian karena melihatnya dan sembelihlah kurban karena melihatnya pula. Jika -hilal- itu tertutup dari pandangan kalian, sempurnakanlah menjadi tiga puluh hari, jika ada dua orang saksi, berpuasa dan berbukalah kalian.” (HR. An Nasai no. 2116. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini shahih).
Bertakbir Memuliakan Allah
وَلِتُكْمِلُوا الْعِدَّةَ وَلِتُكَبِّرُوا اللَّهَ عَلَى مَا هَدَاكُمْ وَلَعَلَّكُمْ تَشْكُرُونَ
“Dan hendaklah kamu menyempurnakan bilangan puasa dan mengagungkan Allah atas petunjuk-Nya yang diberikan kepadamu, supaya kamu bersyukur.” (QS. Al-Baqarah: 185)
Maka ketika sudah diumumkan hari Idul Fitri hendaklah ia memperbanyak takbir di malam satu Syawal sebagai bentuk memuji atas kebesaran Allah.* (Wahid)
*Diolah dari kajian Ust. Abdul Somad