Allah Melihat Amal dan Hatimu
Dalam kitab Al Hikam nomor 216 disampaikan,
كمَالايُحِبُّ العملَ المُشْتَرَكَ كذٰلكَ لايُحِبُّ القلبَ المُشْتَرَكَ، العملُ المُتَرَكُ لاَيَقبَلهُ والقلبُ المُشترَكُ لاَيُقْبِلُ عليهِ ِ
“Sebagaimana Allah tidak menerima amal yang dipersekutukan dengan lain-Nya, begitu pula Allah tidak suka dengan hati yang dipersekutukan dengan selain-Nya. Amal /ibadah yang dipersekutukan dengan sesuatu selain Allah tidak akan diterima oleh Allah, dan hati yang dipersekutukan maka Allah tidak akan menghadapi/meridhoinya.”
Amal yang yang dipersekutukan yaitu amal dari tiga hal riya’ (amal yang karena makhluk), tashannu’ (membaik-baikkan amal di hadapan manusia), ‘Ujub (merasa besar dan baik amalnya sendiri). Sedangkan hati yang bersekutu yaitu hati yang masih cinta kepada selain Allah, dan masih mengharap dan takut atau masih bersandar kepada selain Allah. Dan Allah hanya menerima amal yang ikhlas karena Allah, dan Allah hanya mau menghadapi orang yang dihatinya hanya ada Allah.
Melakukan amalan kebaikan yang Allah perintahkan sudah pasti merupakan kebaikan bagi yang melaksanakannya. Ada amal baik yang jika dilakukan ia tidak akan mendapatkan kebaikan dari Allah, tetapi justru akan mendapatkan dosa. Adalah amalan baik yang tujuan dan niatnya bukan untuk Allah Ta’ala. Seseorang yang melakukan ibadah seperti shalat, puasa, atau bahkan jihad sekalipun jika ia tidak berniat tulus karena Allah, tetapi justru niatnya adalah agar dipandang baik oleh orang lain maka amal ibadah yang dilakukannya akan sia-sia dan mendatangkan kebaikan baginya.
Dari Amirul Mukminin, Abu Hafsh ‘Umar bin Al-Khattab radhiyallahu ‘anhu, ia berkata bahwa ia mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,
إنَّمَا الأعمَال بالنِّيَّاتِ وإِنَّما لِكُلِّ امريءٍ ما نَوَى فَمَنْ كَانَتْ هِجْرَتُهُ إلى اللهِ ورَسُولِهِ فهِجْرَتُهُ إلى اللهِ ورَسُوْلِهِ ومَنْ كَانَتْ هِجْرَتُهُ لِدُنْيَا يُصِيْبُها أو امرأةٍ يَنْكِحُهَا فهِجْرَتُهُ إلى ما هَاجَرَ إليهِ
“Sesungguhnya setiap amalan tergantung pada niatnya. Setiap orang akan mendapatkan apa yang ia niatkan. Siapa yang hijrahnya karena Allah dan Rasul-Nya, maka hijrahnya untuk Allah dan Rasul-Nya. Siapa yang hijrahnya karena mencari dunia atau karena wanita yang dinikahinya, maka hijrahnya kepada yang ia tuju.” (HR. Bukhari no. 1 dan Muslim no. 1907).
Jangan sampai amal ibadah yang kita lakukan, yang sudah menguras banyak tenaga, waktu, dan harta justru tidak berbuah pahala dan kebaikan tetapi justru berbuah dosa dan mudharat bagi kita. Oleh karena itu selalu luruskan niat, ingat kembali untuk apa tujuan kita diciptakan kecuali hanya untuk beribadah kepada Allah. Maka dengan mengingat bahwa segala sendi kehidupan harus senantiasa untuk Allah, insyaAllah kita akan mendapati niat yang benar-benar karena Allah.