Aa Gym: Ridho Seperti Apapun Keadaan Orangtua

DAARUTTAUHIID.ORG | Sahabat terima dan ridholah setiap keadaan orangtua kita. Seperti apapun keadaan orangtua kita maka terimalah dengan lapang dada. Karena kita tidak bisa memilih takdir dari orangtua mana kita akan lahir.

Ada orangtua yang miskin, sakit, ada orangtuanya dipenjara, ada orangtua belum Islam, salah satu dari orangtua yang belum shaleh, dan ada orangtua yang bercerai, maka terimalah keadaan tersebut dengan ridho dan sabar.

Alloh yang mengatur dari orangtua mana kita akan lahir. Itu bagian dari takdir Alloh, oleh karenanya jangan pernah komplain ke Alloh tentang takdir orangtua. Terimalah takdir tersebut sebagai ladang amal.

Tugas kita adalah berbakti dan berbuat baik kepada orangtua. Jangan berharap bakti dan kebaikan kita harus dibalas sesuai dengan keinginan kita.

Banyak-banyaklah berdoa untuk orangtua agar diberikan Kesehatan, dilapangkan rezekinya, dan selalu dalam kasih sayang Alloh. Karena doa seorang anak merupakan amal jariyah bagi orangtua.

Hal ini sesuai dengan hadis Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wassalam yang berbunyi:

“Jika manusia mati, maka terputuslah amalnya kecuali tiga perkara, sedekah jariyah, ilmu yang diambil manfaatnya, dan anak shalih yang selalu mendoakan orang tuanya” (HR. Muslim).

Adapun doa yang bisa dipanjatkan ketika berdoa untuk orangtua ialah:

Rabbighfirlii wa li waalidayya warhamhumaa kamaa rabbayaanii shaghiiraa

Artinya, “Tuhanku, ampunilah dosaku dan (dosa) kedua orang tuaku. Sayangilah keduanya sebagaimana keduanya menyayangiku di waktu aku kecil”. 

Ridha Alloh terletak kepada ridha kedua orangtua, karena Alloh memerintahkan untuk mentaati orangtua. Barangsiapa yang mentaati perintah Allah ini, maka Alloh akan meridhainya dan barang siapa menolak taat kepada-Nya maka Ia pun murka.

“Ridho Allah terletak pada ridho orang tua merupakan prinsip penting dalam ajaran agama Islam. Hal ini didasarkan pada hadits yang berbunyi: “Ridha Allah Ta’ala bergantung dari ridha kedua orang tua dan murka Allah SWT bergantung dari kemurkaan orang tua” (HR. Tirmidzi)