Aa Gym: Perlunya Membedakan Keinginan dan Keperluan
DAARUTTAUHIID.ORG | Orang yang semakin bijak, semakin dewasa, dan semakin matang, harus mampu membeda keinginan dan keperluan. Karena banyak orang yang tidak bisa membedakan mana keinginan dan mana keperluan, sehingga begitu banyak orang mengejar sesuatu yang tidak diperlukan.
Keperluan itu adalah sesuatu yang harus kita penuhi dalam kehidupan sehari-hari. Sedangkan keinginan tidak harus dipenuhi. Kalau dalam konteks agama perlu bisa dikatakan sesuatu yang wajib. Sedangkan keinginan sifat atau hukumnya mubah, boleh dipenuhi dan boleh juga tidak dipenuhi.
Misalkan kalau kita lapar, maka harus kita penuhi dengan cara makan. Tapi untuk menghilangkan makan, maka tidak harus makan di restoran, makan yang mahal-mahal, dan harus makan jenis tertentu.
Jangan sampai karena kita ingin makan, kemudian tidak melihat apakah makanan tersebut halal atau haram, sumbernya jelas atau tidak, hak orang lain atau bukan.
Makanlah sesuai dengan kebutuhan atau keperluan kita. Jangan memaksakan diri memakan sesuatu yang tidak sesuai dengan maqom atau kemampuan kita. Kalau dokter melarang makanan A, maka jangan dimakan, kalaupun kuat dalam diri kita untuk memakannya.
Begitu juga dengan air, kita perlu air untuk minum. Pada dasarnya tubuh kita mengandung 70% cairan. Letak keinginan itu ada pada jenis minuman, harga minuman, dan manfaat minuman. Kalau ada minuman tetapi memberi dampak yang negatif pada tubuh kita, lalu kita paksa untuk meminumnya maka itu yang disebut dengan keinginan.
Seperti sebuah sepatu. Kita semua memerlukan sepatu, tetapi apa jenis, merek, dan harganya adalah sebuah keinginan, maka tidak harus untuk mewujud. Karena keperluan kita hanya sepatu, bukan di merk atau harga.
Memenuhi keinginan sama saja memperturutkan hawa nafsu. Sedangkan orang yang terlalu memperturutkan hawa nafsunya maka akan menjadi masalah dalam hidupnya. Secara medis kalau kita mendengarkan kajian-kajian dr. Asep, maka ia menyampaikan bahwa orang-orang yang sakit itu sebagian besar terlalu mengikuti hawa nafsunya.
Kalau orang merasa kuat untuk terus mengikuti hawa nafsunya, maka hidupnya tidak akan pernah merasa puas sampai kapanpun (KH. Abdullah Gymnastiar)