Aa Gym: Orang Pemarah Sedang Kehilangan Akal Sehatnya
DAARUTTAUHIID.ORG | Kalau kita memiliki sifat pemarah dan tidak berusaha kuat untuk mengendalikannya maka hidup seseorang akan bermasalah. Dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Abu Dawud menyampaikan bahwa marah itu datangnya dari setan.
“Sesungguhnya amarah itu dari setan dan setan diciptakan dari api. Api akan padam dengan air. Apabila salah seorang dari kalian marah, hendaknya berwudhu.” (HR. Abu Daud).
Salah satu tugas kita sebagai manusia ialah harus mampu mengendalikan amarah. Kalau ada orang yang pemarah, sedikit-sedikit marah, dan sulit untuk meredam marah, maka kecenderungannya pasti akan berbuat zdalim.
Orang zdalim tidak menempatkan sesuatu pada tempatnya. Ia juga akan mudah diperbudak oleh hawa nafsu. Perkataannya, nada bicaranya, dan raut mukanya tidak enak dipandang wajahnya.
Apalagi jika ada seorang pemimpin yang berwatak pemarah, maka akan membahayakan sebuah organisasi. Pemimpin pemarah tidak pernah adil menempatkan sesuatu pada tempatnya. Kalau ada orang marah-marah sepanjang hari, maka itulah sumber masalah yang sebenarnya.
Ketahuilah bahwa ciri orang yang bertaqwa adalah orang yang mampu mengendalikan amarah. Hal ini sebagaimana firman Allah Ta’ala dalam surat Ali-Imran:
“(yaitu) orang yang berinfak, baik di waktu lapang maupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan memaafkan (kesalahan) orang lain. Dan Allah mencintai orang yang berbuat kebaikan” (QS. Ali Imran: 134).
Kalau seorang tidak bisa lagi mengendalikan amarahnya, maka ia juga tidak bisa mengendalikan yang lain. Orang yang tidak bisa mengendalikan marahnya adalah orang yang paling lemah. Kalaupun kita harus marah maka harus dengan niat yang benar, tujuan yang benar, dan cara yang benar.
Kalau kita sebagai suami atau istri suka marah-marah, maka hal itu tidak memberikan contoh yang tidak baik kepada anak-anak dan suatu saat nanti boleh jadi anaknya juga akan menjadi pemarah.
Pahamilah bahwa setan itu menjatuhkan manusia dalam keadaan dua hal. Pertama, sedang marah. Kedua, karena tergesa-gesa. Oleh karenanya jangan sampai kita tergelincir karena dua hal tersebut. (KH. Abdullah Gymnatiar)