Aa Gym: Membedakan Amal Syiar dan Amal Riya
DAARUTTAUHIID.ORG | Sahabat, menampakkan nikmat itu bagian dari syukur kepada Alloh Ta’ala. Jadi menampakkan nikmat ini boleh. Perbedaannya terdapat pada golnya, kalau ria golnya adalah tujuan pribadi. Tujuannya ingin diketahui oleh orang lain, menunjukan kepintaran diri, menujukan diri merasa bisa, dan pada intinya semua tentang menunjukan diri.
Sedangkan kalau rasa syukur pada Alloh, ini dari Alloh, ini milik Alloh, ini amanah Alloh, dan memahami bahwa setiap pemberian dari Alloh adalah sebuah ujian. Kalau ada yang bilang rumahnya bagus maka ucapkan Alhamdulillah, bahwa hal tersebut datang dari Alloh. Alloh yang memiliki segara-galanya, dan hal tersebut adalah titipan Alloh.
Tapi tidak perlu juga akting dengan perkataan nada yang berlebihan, karena Alloh tahu apa isi kita, karena ada yang mencoba merendahkan diri tetapi tujuannya malah untuk meninggikan dan mensanjung diri, artiny kata-katanya hanya sekedar nebeng saja.
Contohnya seperti ini, “saya sih orang fakir tidak punya apa-apa” ingat boleh saja Alloh mengijabah doa tersebut. Ada juga yang menganggap diri bodoh, apa susahnya bagi Alloh mengijabah perkataan seorang makhluk.
Lantas apa bedanya dengan syiar? Kalau Syiar akan terlihat dari niatnya. Misalnya, Ketika kita menampakan sedekah maka niatnya memotivasi, niat memberi contoh, dan niat mengajak orang lain.
Ketika menampakan sedekah tentu ada peluang hati untuk ria, maka perlunya sedekah yang tidak ditampakan jauh lebih banyak dibandingkan yang ditampakkan. Misalkan sedekah yang ditampakan 100 juta, kemudian sedekah yang tidak ditampakan atau diam-diam jumlahnya 1 miliar.
Ikhlas dengan ria itu bedanya tipis sekali, tergantung dengan niat yang ada dalam diri kita. Bahkan dalam rasa ikhlas itu pun tiba-tiba bisa hadir rasa ria, makanya kita harus hati-hati. Kita harus secara terus-menerus meriyadhah niat kita.
Jangan biarkan niat merusak amal kita. Sebanyak apapun amal yang kita lakukan, kalau niatnya tidak benar maka hanya sia-sia belaka. Tujuan amal kita fokus ke Alloh Ta’ala bukan yang lain.