Aa Gym: Jangan Suka Gampang Menilai Orang Lain
DAARUTTAUHIID.ORG — Berprasangka baik terhadap Alloh membuat kita senantiasa siap menerima ketetapan-Nya yang akan terjadi kepada kita. Baik itu kenyataan yang sesuai dengan keinginan, maupun yang tidak. Baik itu kenyataan berupa keberuntungan, maupun kenyataan berupa musibah.
Prasangka baik terhadap Alloh membuat kita senantiasa yakin, setiap ketetapan Alloh terhadap kita itu pada hakikatnya adalah kebaikan. Sebagaimana firman Alloh Ta’ala,
“Dan dikatakan kepada orang-orang yang bertakwa, ‘Apakah yang telah diturunkan oleh Tuhanmu?’ Mereka menjawab, ‘(Alloh telah menurunkan) kebaikan!’ Orang-orang yang berbuat baik di dunia ini mendapat (pembalasan) yang baik. Dan sesungguhnya kampung akhirat adalah lebih baik dan itulah sebaik-baik tempat bagi orang yang bertakwa.” (QS. An-Nahl: 30).
Tidaklah semata-mata Rasulullah melarang umatnya dari suatu perbuatan tertentu, kecuali karena perbuatan tersebut bisa berdampak buruk. Baik bagi dirinya maupun orang lain. Tak terkecuali buruk sangka.
Selain mendatangkan dosa, buruk sangka juga mengganggu kesehatan mental dan jiwa. Karena setiap kali seseorang berburuk sangka terhadap orang lain, maka selama itu pula dirinya dipenuhi dengan pikiran-pikiran negatif.
Kesehariannya tidak tenang, gundah gulana dan gelisah disebabkan prasangkanya sendiri.
Buruk sangka tanpa terasa membuat seseorang menjadi berjiwa pengecut. Karena ia terbiasa sibuk dengan prasangkanya, tanpa ada keberanian mencari kebenaran atau tabayyun langsung kepada orang bersangkutan.
Akibatnya kemudian, seseorang yang selalu berburuk sangka, tentunya sulit untuk bahagia. Bahagia adalah keadaan di mana hati tenang tenteram.
Sedangkan dengan buruk sangka, ketenangan hati sangat sulit didapat. Mengapa? Karena rasa curiga dan pikiran negatif lebih mendominasi diri kita. Jika sudah demikian, bagaimana mungkin bisa tenang?!
Buruk sangka juga berdampak buruk bagi kesehatan fisik. Para ahli kesehatan memiliki kesimpulan ilmiah bahwa keadaan yang buruk baik di dalam hati atau pikiran, akan berdampak buruk pula secara langsung terhadap kesehatan fisik.
Para ahli berhasil mengungkap orang yang tenggelam dalam ingatan masa lalu yang menyedihkan, atau orang yang pikirannya sibuk dengan pikiran-pikiran negatif, maka sistem kekebalan tubuhnya akan menurun secara signifikan. Tentu saja hal ini memudahkan tubuh terserang virus penyakit.
Saudaraku, terdapat satu kisah seorang ulama sufi bernama Hassan al-Basri dengan seorang pemuda yang sedang berduaan dengan seorang perempuan.
Suatu hari di tepi sungai Dajlah, Hassan al-Basri melihat seorang pemuda duduk berdua dengan seorang perempuan. Di sisi mereka terletak sebotol arak. Lalu Hassan berbisik, “Alangkah jahatnya orang itu dan alangkah baiknya kalau dia seperti aku!”
Tiba-tiba Hassan melihat sebuah perahu di tepi sungai yang sedang tenggelam. Lelaki yang duduk di tepi sungai tadi segera terjun untuk menolong penumpang perahu yang hampir lemas. Enam dari tujuh penumpang itu berhasil diselamatkan.
Kemudian dia berpaling ke arah Hassan al-Basri dan berkata, “Jika engkau memang lebih mulia dariku, maka dengan nama Alloh, selamatkan seorang lagi yang belum sempat aku tolong. Engkau diminta untuk menyelamatkan satu orang saja, sedang aku telah menyelamatkan enam orang.”
Hassan al-Basri gagal menyelamatkan yang seorang itu. Maka lelaki itu bertanya padanya. “Tuan, sebenarnya perempuan yang duduk di sampingku ini adalah ibuku, sedangkan botol itu hanya berisi air biasa, bukan arak. Ini hanya untuk menguji tuan.”
Hassan al-Basri tertegun lalu berkata, “Kalau begitu, sebagaimana engkau telah menyelamatkan enam orang tadi dari bahaya tenggelam ke dalam sungai, maka selamatkanlah aku dari tenggelam dalam kebanggaan diri dan kesombongan.”
Orang itu menjawab, “Mudah-mudahan Alloh mengabulkan permohonan tuan.”
Semenjak itu, Hassan al-Basri selalu menganggap dirinya sebagai makhluk yang tidak lebih daripada orang lain. Masya Alloh.
(KH. Abdullah Gymnastiar)
Redaktur: Wahid Ikhwan
__________________________