Aa Gym: Jangan Menunda Kebaikan Sebelum Menyesal dan Ajal Tiba

DAARUTTAUHIID.ORG | Banyak orang yang merasa menyesal setelah meninggal dunia, karena selama hidupnya tidak mau atau enggan melakukan amal shaleh. Tidak mau berbuat baik kepada orang lain, pelit untuk bersedekah, dan tidak mau beribadah kepada Alloh semasa hidupnya. Karenanya ia ingin dihidupkan kembali ke dunia ini.

“Dan infakkanlah sebagian dari apa yang telah Kami berikan kepadamu sebelum kematian datang kepada salah seorang di antara kamu; lalu dia berkata (menyesali), “Ya Tuhanku, sekiranya Engkau berkenan menunda (kematian)ku sedikit waktu lagi, maka aku dapat bersedekah dan aku akan termasuk orang-orang yang saleh.”

Kalau kita diberikan kesempatan hidup kembali di dunia selama 1 bulan, apa yang mau kita lakukan? Pasti semua orang ingin berbuat baik, bersedekah, berzdikir, dan memanfaat waktu 1 bulan tersebut untuk beribadah kepada Alloh.

Selama 1 bulan penuh manusia juga enggan melakukan maksiat, tidak mau berbuat berzdalim kepada istri, keluarga, dan orang lain. Orang juga tidak akan bersikap pelit kepada hartanya, intinya ingin berbuat baik kepada siapapun dan dimana pun.

Pertanyaannya kenapa harus menunggu mati dan hidupkan kembali, padahal sangat tidak mungkin seseorang dihidupkan kembali, karena setiap orang hanya diberikan jatah hidup sekali saja. Sekarang waktunya beramal shaleh selama kita masih hidup, jangan ditunda-tunda.

Setan selalu membisikan kepada kita untuk tidak beramal shaleh. Membisikan kepada takut misikin atau fakir, tidak mau berzakat, tidak mau bersedekah, sehingga kita menjadi orang pelit dan bakhil. Padahal harta yang dititipkan oleh Alloh Ta’ala tidak sepenuhnya miliki kita, ada hak orang lain yang harus kita keluarkan dan kita penuhi.

Sebagai seorang muslim seharusnya kita banyak mengingat mati dan sekaligus menyiapkan kematian tersebut. Karena hal tersebut menjadi bagian ciri orang-orang yang cerdas. Sebaliknya orang yang bodoh adalah orang yang sangat jarang sekali mengingat kematian.

Apa sebenarnya hikmah ketika diperintahkan untuk mengelayat, ikut mendoakan, menshalatkan, dan ikut mengantar jenazahnya, agar kita juga senantiasa mengingatkan pada kematian juga, tidak lalai dengan kenikmatan dunia yang menipu. (KH. Abdullah Gymnastiar)