Aa Gym: Hati-Hati dengan Munafik yang Tidak Terasa
DAARUTTAUHIID.ORG — Penyakit yang sifatnya turunan dari hati merupakan perbuatan menyekutukan Alloh, takut kepada selain Alloh, berharap kepada selain Alloh merupakan penyakit munafik.
Dalam sebuah hadits Rasulullah Shallallohu ‘alaihi wasallam menerangkan sifat munafik, “Tanda-tanda orang munafik itu ada tiga yaitu jika berbicara ia berdusta; jika berjanji dia ingkar; jika dipercaya dia khianat.” (HR. Bukhori dan Muslim)
Orang munafik seperti musang berbulu domba. Terlihat baik atau bagus padahal hatinya busuk. Orang munafik itu jauh lebih berbahaya dari orang yang jelas jelek sifat dan sikapnya.
Orang jelek menampakkan kejelekannya, sedangkan orang yang munafik itu jelek tapi menampakkan kebagusannya.
Seorang munafik itu sebetulnya penipu, berbohong itu menipu, ingkar janji itu menipu, dan khianat atas amanah itu menipu. Munafik itu ada dua bentuk.
Pertama, ada munafik sejak itikad di dalam hatinya, dari akidahnya, seperti Abdullah bin Ubay. Hatinya tidak beriman ke Alloh, akan tetapi sikapnya menunjukkan keislaman.
Hatinya sebenarnya benci kepada Islam, tapi sikapnya menampakkan kecintaan. Ini kemunafikan tingkat berat.
Kedua, munafik pada amal. Kita memang insyaa Alloh beriman, yakin kepada Alloh Ta’ala, akan tetapi pada sikap kita sehari-hari banyak perilaku munafik.
Di antara kebohongan-kebohongan kita yaitu banyak janji yang kita ucapkan tanpa diiringi dengan kesungguhan untuk menepati, amanah di kantor yang lalai kita kerjakan.
Kemunafikan ini akan menimbulkan rasa tidak nyaman di dalam diri kita, begitu juga di dalam diri orang lain.
Orang munafik itu ketika di depan dan di belakang, antara ucapan dan tindakan juga berbeda. Di depan ia mengangguk dan bermuka manis atau bermuka dua, sementara di belakang kita ia berghibah.
Di depan dia menyanjung, namun di belakang dia menghina. Orang munafik akan terus menjadi biang masalah. Kalau di dalam rumah tangga ada kemunafikan, maka akan rentan dengan konflik dan perpecahan.
Kemunafikan juga akan membuat persoalan tidak kunjung selesai. Seperti masalah narkoba, meski para pengedar sudah ditangkap kemudian dipenjara, namun kalau ada kemunafikan di tataran penegak hukumnya, maka masalah akan terus bertambah.
Jadi kemunafikan itu adalah akar masalah dan sifat yang sangat tercela. Sesungguhnya Alloh Ta’ala tidak menyukai sifat munafik. Semoga kita senantiasa terhindar dari sifat munafik. Wallahu a’lam bishowab. (KH. Abdullah Gymnastiar)
Redaktur: Wahid Ikhwan