Aa Gym: Cara Mengenali Sifat Asli Seseorang

DAARUTTAUHIID.ORG | Sahabat, Ada beberapa cara untuk mengenali sifat seseorang, di antaranya ialah:

Pertama ketika perjalanan safar. Karena dalam perjalanan itu akan dirasakan kepayahan dan kesusahan. Dalam situasi tersebut akan mudah bagi seseorang untuk terpancing keluar sifat atau karakter aslinya.

Dalam perjalanan kita juga akan melihat ego seseorang, ada yang ingin bawaannya istirahat, ada yang ingin memikul beban, ada yang hanya ingin ditraktir saja, kalau ingin makan hanya ingin mementingkan selera diri saja tanpa memikirkan orang lain.

Misalkan dalam perjalanan haji atau umroh, maka akan mudah melihat karakter seseorang. Karena perjalanan umroh itu jauh dan membutuhkan tenaga dan menguras energi.

Kalau kita sekamar dengan orang lain, maka orang lain juga akan keluar sifat aslinya. Ada yang ingin AC-nya ingin dinyalakan, ada yang lampunya dimatikan ketika ingin tidur, dan perbedaan standar kebersihan yang dapat memicu konflik antar sesama.

Kedua ketika sedang melakukan muamalah. Seseorang akan terlihat sifat aslinya jika berhadapan  dengan uang. Orang akan ketahuan sifatnya karena ingin untung sendiri, ingin menang sediri, dan muncul sifat serakahnya.

 Orang kalau melihat uang akan menjadi egois. Orang kalau melihat uang tanpa iman, maka cenderung hanya mementingkan diri sendiri, tamak, dan suka menambah-nambah harta tanpa memikirkan orang lain, dan cenderung berbuat tidak adil bagi diri maupun orang lain.

Ketiga, lihatlah bagaimana sikap seseorang ketika ia lebih tinggi daripada seseorang. Bagaimana ia bersikap kepada orang yang lebih rendah atau lemah dari dirinya.

Misalkan bagaimana sikap seseorang kepada pembantu atau supir, pembantu, dan lainnya. Kalau ada orang merasa besar tapi masih bisa berlaku lembut kepada istri, anak, dan kepada orang yang lebih darinya, maka dalam dirinya ada sikap pemaaf dan penyayang.

Kalau orang yang aslinya baik, maka akan berbuat baik kepada siapapun, tanpa melihat dia siapa dan dari mana. Kalau ada orang yang hanya baik kepada atasannya, tapi tidak baik kepada bawahannya maka ia belum disebut menjadi orang baik.  (KH. Abdullah Gymnastiar)