Aa Gym: Ada 4 Tingkatan Orang Berdzikir, Kita Berada Dimana?

DAARUTTAUHIID.ORG | Sahabat sekalian, orang yang berzdikir itu ada level atau tingkatannnya. Pertama, ada banyak orang yang berzdikir, tapi berzdikirnya hanya sebatas dimulut saja. Tidak sampai ke hati mengucapkan nama Alloh tapi tidak merasakan apa-apa. Menyebut astafirullah, subhanaAlloh, dan seterusnya.

Kedua, ada yang berzdikir bahkan ia sadar sedang berzdikir, dia mengingat bahwa mulutnya sedang mengucapkan, subnaAlloh, astagfirulloh, alhamdulilloh, lailahaillah, dan seterusnya tetapi ia belum sampai memaknai zdikirnya kepada Alloh Ta’ala.

Pada level atau tingkatan ini seseorang baru sadar dan menyebut bahwa ia sedang berzdikir tapi belum merasakan makna dibalik zdikir tersebut. Ini tentu lebih baik dari tingkatan pertama, dimana tidak mengingat zdikir yang diucapkan.

Kemudian tingkatan yang ketiga dalam zdikir yaitu seseorang mengingat bahwa ia sedang berzdikir, sadar sedang berzdikir, dan sudah dapat memaknai zdikir yang ia ucapkan, karena ia paham apa yang ia ucapkan.

Tingkatan keempat yaitu selain seseorang mengingat bahwa ia sedang berzdikir, sadar sedang berzdikir, sudah dapat memaknai zdikir yang ia ucapkan, ia juga dapat mentadaburi dari zdikir yang ia ucapkan.

Misalkan mengucapkan Astagfirullah ‘aldzim, sambil mengucapkan kesalahan atau dosa-dosa yang pernah dilakukan. Dosa-dosa dari mata, telinga, perkataan, maupun sikap-sikap yang kita lakukan selama ini.

Kira-kira zdikir mana yang lebih sukai dari keempat level zdikir tersebut? Tentu yang paling disukai oleh Alloh Ta’ala tentu yang berada pada level keempat.

Berdzikir, hati kita juga akan menjadi tenang. Padahal ketenangan adalah hal yang teramat mahal harganya. Ketenangan tidak bisa dibeli dengan uang, tidak bisa ditukar dengan jabatan atau kedudukan. Begitu banyak orang yang kaya raya tapi dikelilingi rasa gelisah.

Tidak sedikit pula orang yang tinggi kedudukan atau jabatanya tapi diselimuti rasa takut dan cemas. Oleh karena itu, semoga Alloh Ta’ala senantiasa melimpahkan hidayah kepada kita sehingga hati, ucapan dan perbuatan kita senantiasa penuh dengan dzikir kepada Alloh Ta’ala. (KH. Abdullah Gymnastiar)