Jangan Pernah Lupakan Kebaikan Orang Lain
Rasulullah saw bersabda, “Barangsiapa tidak berterimakasih kepada manusia, maka dia tidak bersyukur kepada Allah.” (HR. Tirmidzi). Saudaraku, ada dua hal yang mesti kita ingat. Yaitu, kebaikan orang lain kepada kita, dan keburukan kita kepada orang lain. Namun, ada dua hal juga yang harus kita lupakan. Yaitu, kebaikan diri kita kepada orang lain, dan keburukan orang lain kepada kita.
Mengapa demikian? Karena yang membahayakan diri kita itu bukanlah perbuatan orang lain. Demikian juga yang memberikan kebaikan kepada diri kita bukanlah perbuatan orang lain. Yang mendatangkan kebaikan dan keburukan kepada diri kita ini adalah perbuatan kita sendiri.
Sehingga, dua hal yang penting adalah mengingat kebaikan orang lain kepada kita dan mengingat keburukan kita kepada orang lain. Dengan mengingat keburukan kita kepada orang lain, maka kita senantiasa ingat untuk bertobat dan meminta maaf kepada yang bersangkutan. Dan, kita pun termotivasi untuk terus memperbaiki sikap kepada orang lain.
Sedangkan mengingat kebaikan orang lain terhadap kita, membuat kita senantiasa bersyukur kepada Allah dan berterima kasih kepada orang tersebut. Kita pun termotivasi untuk memberi kebaikan pula terhadapnya, meskipun ia tidak pernah mengharapkannya.
Karena sesungguhnya mengucapkan terima kasih dan membalas kebaikan kepada orang lain yang telah berbuat baik kepada kita, adalah salah satu bentuk syukur kita kepada Allah SWT.
Sebagaimana Rasulullah saw bersabda, “Barangsiapa yang telah berbuat kebaikan kepada kalian, hendaklah kalian membalasnya. Jika kalian tidak mampu membalasnya, maka berdoalah untuknya, hingga kalian tahu bahwa kalian telah bersyukur. Allah adalah Dzat Yang Mahatahu Berterimakasih dan sangat cinta kepada orang-orang yang bersyukur.” (HR. Thabrani)
Saudaraku, ada orang yang meminjam motor pada temannya. Tak lama kemudian, ia kembalikan motor itu pada pemiliknya dalam keadaan kotor, bensin habis, kaca spion bengkok, ban belakang bocor, dan joknya tergores. Kira-kira apa yang dirasakan pemilik motor itu? Bisa dipastikan ia kapok meminjamkan barang kepada temannya tersebut.
Namun, mari bandingkan dengan orang yang meminjam motor, kemudian ketika ia mengembalikan motor itu kepada pemiliknya, motor itu sudah bersih dicuci, bensin yang terisi penuh. Padahal saat dipinjam tadi, bensinnya hanya setengah dan motornya pun agak kotor. Dan, orang yang meminjam ini mengembalikan motor itu dalam kondisi demikian tanpa diiringi rasa mengharap pamrih.
Kira-kira apa yang dirasakan pemilik motor tersebut? Tentu ia merasa senang, bahkan tidak akan sungkan memberikan pinjaman jika suatu saat dipinjam lagi. Dan bahkan, ia tidak akan berat untuk memberi bantuan kepadanya meski tanpa dipinta. Inilah berkah sikap berterima kasih kepada sesama manusia.
Namun, jangan pula terlampau sering menggantungkan kehidupan kepada orang lain. Jangan sampai karena seseorang baik hati, maka kita memanfaatkan kebaikan hatinya itu untuk keuntungan kita sendiri. Fokus pada kebaikan orang lain adalah agar kita gemar berterima kasih, membalas kebaikannya dengan lebih banyak lagi.
Jika kita merasa sering menjadi beban untuk orang lain, maka berinisiatiflah membalas budi baiknya. Jangan betah menjadi orang yang berutang budi pada orang lain. Karena setiap orang tentu ingin terjaga kehormatan dirinya. Jika pun terpaksa kita membebani orang lain, maka sebisa mungkin balaslah kebaikannya meski orang itu tidak berharap kita membalasnya.
Dalam suatu riwayat disebutkan bahwa Abdulah bin Abbas menceritakan, “Suatu ketika Rasulullah masuk ke kamar kecil. Kemudian, aku menyediakan air bersih untuk beliau pakai berwudu. Ketika beliau selesai dari hajatnya, beliau bertanya, “Siapa yang telah meletakkan (air wudu) ini?” Lalu beliau diberitahu bahwa akulah yang melakukannya. Maka, Rasulullah membalas kebaikanku dengan berdoa, “Ya Allah, berikanlah dia (Ibnu Abbas) pemahaman dalam agama.” (HR. Bukhari)
Tidaklah semata-mata Rasulullah mencontohkan sikap berterima kasih kepada orang lain, kecuali pasti terdapat kebaikan di dalamnya. Jika dikaitkan dengan hadis yang ada pada bagian awal tulisan ini, maka bisa disimpulkan berterima kasih kepada seseorang adalah wujud rasa syukur kepada Allah yang telah memberi karunia melalui orang tersebut. Barangsiapa yang terbiasa mengingkari kebaikan orang lain, maka sebenarnya dia memiliki tabiat mengufuri nikmat Allah.
Inilah pentingnya ingat pada kebaikan orang lain dan berterima kasih kepada mereka atas kebaikan yang mereka berikan kepada kita. Allah SWT berfirman, “..dan janganlah kamu melupakan keutamaan di antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Melihat segala apa yang kamu kerjakan.” (QS. al-Baqarah [2]: 237) (KH Abdullah Gymnastiar)