Ashabul Ukhdud (3): Berkorban Jiwa Demi Hidup Mulia Pilihannya
”Binasa dan terlaknatlah orang-orang yang membuat parit. yang berapi (dinyalakan dengan) kayu bakar, ketika mereka duduk di sekitarnya, sedang mereka menyaksikan apa yang mereka perbuat terhadap orang-orang yang beriman. Dan mereka tidak menyiksa orang-orang mukmin itu melainkan karena orang-orang mukmin itu beriman kepada Allah Yang Maha Perkasa lagi Maha Terpuji”. (Q.S. al-Buruj/85: 4-8).
Sang raja mengetahui koleganya sembuh. Ia heran lalu memanggil dan memintanya menceritakan. Sang kolega menyampaikan apa yang dialaminya dengan runut dan menyimpulkan bahwa semua kesembuhan ini atas kuasa dan kehendak Allah Azza wa Jalla, Rabb yang baru-baru ini diimaninya.
Mendengar kalimat itu, sang raja terkejut. Sang kolega berubah drastis. Raja memaksanya mencabut ucapan tersebut dan menambatkan kedudukan itu (Rabb) kepadanya saja, tidak boleh kepada yang lain. Namun sang kolega tidak mau bergeming. Ia tetap memegang teguh keyakinan barunya walau harus menerima resiko seberat apapun.
Sang raja semakin marah. Baru pertama kali titahnya tidak diindahkan. Sang kolega ditangkap, disiksa, dan diinterogasi sehingga membuka keberadaan dan aktivitas sang pemuda yang telah menanamkan keimanan kepadanya.
Sang raja memerintahkan untuk menangkap sang pemuda. Segera setelah sang pemuda ada di hadapannya, raja mempertanyakan bagaimana ia bisa memiliki kemampuan menyembuhkan. Dengan tenang dan penuh keyakinan ia menjawab bahwa yang menyembuhkan bukanlah dia melainkan Allah Azza wa Jalla yang selama ini diimani dan berhak untuk diibadahi oleh seluruh makhluk-Nya.
Sang raja menjadi murka. Ia meminta sang pemuda agar membuang pemahaman dan meninggalkan agamanya. Bahkan sang raja memerintahkan aparatnya agar membawa sang pemuda ke puncak sebuah gunung dan melemparkannya. Sang pemuda tetap tenang dan terus memanjatkan doa perlindungan kepada Allah semata. Tiba-tiba, gunung berguncang dan menjatuhkan semua aparatnya. Sang pemuda bisa kembali dengan selamat.
Sang raja yang mengetahui sang pemuda selamat lalu meminta aparatnya yang lain agar menangkap kembali dan membawanya ke laut untuk dilemparkan. Sang pemuda tetap tenang dan senantiasa menghiasi bibirnya dengan kalimat-kalimat doa untuk-Nya semata. Saat kapal berada di tengah laut, tiba-tiba ombak besar datang dan menggulung kapal sehingga menenggelamkan para aparat raja dan meninggalkan sang pemuda dalam keadaan selamat. Subhanallah.
Sang raja yang mendapati sang pemuda tetap selamat semakin merasa resah. Ia bingung dengan kondisi yang sedang dihadapinya. Momen ini pun dimanfaatkan sang pemuda untuk menanamkan ketauhidan dan mendakwahkan Islam kepada seluruh warga kerajaan.
Sang pemuda membuat sebuah strategi. Ia meyakinkan sang raja dan memberikan jaminan bahwa satu-satunya yang bisa membuat dirinya meninggal adalah dengan mengucapkan, “dengan nama Allah, Rabb pemuda ini” ketika sang raja hendak mengeksekusinya.
Pernyataan sang pemuda mampu meyakinkan sehingga sang raja berniat merealisasikannya. Ia pun memerintahkan seluruh penduduk untuk melihatnya. Dan setelah saatnya tiba, sang raja dengan lantang menyampaikan kalimat di atas ketika hendak memanah.
Anak panah yang dilepaskan melesat cepat menuju tubuh sang pemuda. Tepat di tubuh yang terluka, sang pemuda memanjatkan doa terakhir dan kemudian ia pun wafat. Serentak, semua orang yang melihat kejadian itu dengan penuh keyakinan menyatakan keimanannya kepada Allah SWT yang didakwahkan oleh sang pemuda semasa hidupnya..
Raja kaget. Ia tidak menyangka bahwa kejadian ini menjadi sebab taslimnya seluruh penduduk kerajaannya. Segera ia perintahkan seluruh para aparatnya untuk menggali parit dan menyulutkan api ke dalamnya. Namun sayang, upaya sang raja tidak membuahkan hasil. Para penduduk telah menetapkan diri untuk mati dalam keimanan hak yang baru diimaninya. Wallahu a’lam.
Oleh : ustadz Edu, sumber foto : VOA ISLAM