Pantang Menuhankan Uang
Ada orang yang begitu menuhankan uang. Bangun tidur yang dipikirkan uang. Setiap ngobrol yang dibicarakan uang. Setiap kegiatan selalu dihitung-hitung berapa keuntungan uang yang akan didapat. Sampai tidur pun larut karena menghitung-hitung uang. Hanya mau berteman dengan orang yang bisa menghasilkan uang. Hanya tertarik pada urusan yang menghasilkan uang. Uang dan uang yang memenuhi hati dan pikirannya.
Boleh jadi Allah memperkenankan orang seperti ini untuk mendapatkan apa yang ia kejar yaitu uang. Tapi ini bentuk istidroj dari Allah, yaitu ketika Allah memberikan dengan mudah setiap apa yang ia kejar namun kemudahan ini adalah malapetaka baginya. Bagaimana tidak, semakin mudah ia menumpuk uang, semakin habis waktunya disibukkan untuk menghitung dan menjaganya. Padahal kekayaan itu bagaikan air laut, semakin diminum malah semakin haus, dan manakala berlebihan maka yang terjadi kemudian adalah malapetaka.
Saudaraku, uang hanyalah aksesori dunia. Uang yang kita miliki adalah sarana untuk mendekat kepada Allah SWT Yang Maha Memberi Rezeki. Uang bukan tujuan, uang hanya “kendaraan” untuk mengantarkan kita lebih dekat dengan Allah SWT. Kita menjemput rezeki dengan niat supaya uang yang nanti kita miliki bisa kita belanjakan di jalan Allah, membela agama Allah, membangun tempat-tempat pendidikan yang bisa membangkitkan kembali kejayaan kaum muslimin. Maasyaa Allah. Hidup kita bukan untuk uang, melainkan uang yang kita punya adalah untuk beribadah kepada Allah SWT.
Allah SWT berfirman, “Allah menyatakan bahwasanya tidak ada tuhan melainkan Dia (yang berhak disembah), yang menegakkan keadilan. Para malaikat dan orang-orang yang berilmu (juga menyatakan yang demikian itu). Tak ada Tuhan melainkan Dia (yang berhak disembah), yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.” (QS. Ali ‘Imron [3] : 18). Wallohua’lam bishowab. [KH. Abdullah Gymnastiar]