Larangan Meniup Makanan Panas
“Meniup-niup makanan dan minuman panas, itu sama artinya dengan menghembuskan keburukan yang awalnya hendak kita buang dari dalam tubuh.”
Simaklah rangkaian hadis berikut.
“Rasulullah saw. melarang orang meniup-niup makanan atau minuman.” (HR Abu Daud).
“Dinginkanlah makanan, sesungguhnya yang panas-panas tidak ada berkahnya.” (HR Al-Hakim dan Ad-Dailami).
“Rasulullah saw. telah melarang untuk menghirup udara di dalam gelas (ketika minum) dan meniup di dalamnya.” (HR At-Tirmidzi dari Ibnu Abbas ra.).
Beliau pun bersabda, “Jika kalian minum janganlah bernapas dalam wadah air minumnya.” (HR Al-Bukhari dan Muslim dari Abu Qatadah).
Rasulullah saw. melarang kita untuk meniup-niup makanan dan minuman yang masih panas. Menurut beliau, alih-alih meniup-niup makanan, sangat baik apabila kita menunggu makanan tersebut sampai “layak dikonsumsi”, yaitu hangat atau agak dingin. “Dinginkanlah makanan, sesungguhnya yang panas-panas tidak ada berkahnya,” demikian sabdanya (HR Al-Hakim dan Ad-Dailami).
Tentu saja, ada banyak kebaikan yang terkandung dalam setiap perintah dan larangan beliau. Ketika menaatinya, selain akan mendapatkan pahala karena mengikuti sunnahnya, kita pun akan mendapatkan aneka “bonus” tambahan dari proses ketaatan dan peneladanan tersebut.
Lalu, apa kebaikan dari tidak meniup-niup makanan atau minuman panas? Berikut salah satunya.
Di dalam tubuh kita terdapat beraneka ragam muatan negatif yang harus dikeluarkan. Bentuknya bisa berupa muatan bioelektrik, suhu, sisa-sisa metabolisme, gas, dan sebagainya. Dalam konteks pernapasan, sampah bioelektrik adalah yang terpenting. Proses pernapasan pun termasuk salah satu bagian penyeimbang. Dia akan membawa beragam muatan negatif dari dalam tubuh.
Bagaimana proses pernapasan itu terjadi? Pada tahap awal, udara masuk ke saluran pernapasan melalui proses respirasi sehingga terjadi pertukaran udara antara oksigen dan karbondioksida. Aliran udara yang dihisap melalui proses respirasi kemudian akan melewati bagian-bagian tubuh, termasuk memasuki sel-sel.
Di dalam sel-sel ini muatannya akan berusaha diseimbangkan lagi. Apabila terlalu banyak elektron, dia akan ditambah dengan proton. Kalau protonnya terlalu banyak, elektron yang berlebih akan segera dibuang. Ketika otot berkontraksi, akan terjadi penumpukan asam laktat, artinya elektron menjadi lebih tinggi sehingga harus disalurkan atau dibuang sebagai muatan negatif. Proses pembuangannya ini salah satunya melalui proses pernapasan.
Nah, apabila muatan negatif tersebut dihembuskan pada makanan atau minuman, profil makanan dan minuman tersebut akan berubah. Struktur molekul dalam air atau makanan akan berubah menjadi zat asam yang bisa mengganggu kesehatan. Secara struktural, air yang biasa kita minum tersusun dari dua buah atom hidrogen dan satu buah atom oksigen, di mana kedua atom hidrogen tersebut terikat dalam atom oksigen. Itulah mengapa air memiliki nama ilmiah H2O.
Ketika bernapas kita akan mengeluarkan karbon dioksida (CO2). Apabila kita tiupkan napas tersebut pada air, akan terjadi percampuran antara karbon dioksida (CO2) dengan air (H2O). Kondisi ini akan melahirkan senyawa asam karbonat (H2CO3). Zat asam inilah yang bisa menimbulkan efek kurang baik apabila masuk ke dalam tubuh kita. Walau memang, senyawa H2CO3 termasuk senyawa asam yang lemah sehingga efek terhadap tubuh tidak terlalu kentara.
Selain itu, secara filosofis, meniup-niup makanan serta minuman sama artinya dengan kita menghembuskan keburukan yang awalnya hendak kita buang dari dalam tubuh. Kita seakan-akan mengonsumsi sampah yang awalnya hendak kita keluarkan. Hal ini sekaligus menjawab pertanyaan, mengapa Rasulullah saw. melarang kita bernapas di dalam tempat minum (HR Muttafaqun ‘Alaih) dan melarang kita minum dengan sekali napas atau sekali tegukan (HR At-Tirmidzi). Allâhu a’lam. (Dr. Tauhid Nur Azhar)