5 Kunci Agar Tetap Bisa Ikhlas
DAARUTTAUHIID.ORG | Ada kunci bagi seseorang agar bisa ikhlas dalam hidup, di antaranya ialah:
Pertama, jangan selalu ingin diketahui oleh orang lain tentang amal kita. Kalau kita ingin memamerkan amal kita, itu artinya kita beramal bukan karena Alloh Taala.
Kedua, jangan selalu ingin dilihat orang lain. Kalau dalam diri ada rasa ingin dilihat orang lain atas apa yang kita lakukan, yang kita capai, dan kehebatan yang kita miliki, maka kecenderungannya kita tidak akan ikhlas dalam beramal.
Ketiga, jangan selalu ingin dipuji. Hindari sikap ingin dipuji, dipuji karena prestasi atau pencapaian yang kita lakukan. Ujung dari rasa ingin dipuji itu adalah kekecewaan, karena tidak semua orang bisa memujik kita, pasti ada yang menghina atau tidak menyukai. Kita juga jangan mudah untuk memuji orang lain.
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wassalam juga pernah bersabda: “Berhati-hatilah dalam memuji (menyanjung-nyanjung), sesungguhnya itu adalah penyembelihan.” (HR Bukhari)
Keempat, jangan selalu ingin dihargai. Kita aslinya tidak layak untuk dihargai, tapi karena Alloh yang menutupi dosa-dosa dan maksiat kita, jadi kita kelihatan mulia di sisi orang lain. Coba kalau Alloh Taala buka aib dan kejelekan kita, apakah masih ada orang yang mau menghargai kita?
Kelima, jangan selalu ingin dibalas budi. Kunci ikhlas dalam membantu orang lain ialah berikan dan lupakan. Kalau sudah membantu orang lain maka segera lupakan kebaikan yang kita lakukan, anggap saja kita tidak membantu orang tersebut.
Berharaplah kebaikan balasan hanya dari Alloh Ta’ala. kalau berharap ke Alloh pasti diberikan balasan kebaikan yang lebih baik dari apa yang kita berikan.
Sebaliknya, jika ada orang yang berbuat baik kepada kita, maka segeralah balas kebaikan orang tersebut dengan sebaik-baik balasan.
“Siapa yang memperoleh kebaikan dari orang lain, hendaknya dia membalasnya. Jika tidak menemukan sesuatu untuk membalasnya, hendaklah dia memuji orang tersebut, karena jika dia memujinya maka dia telah mensyukurinya. Jika dia menyembunyikannya, berarti dia telah mengingkari kebaikannya. Seorang yang berhias terhadap suatu (kebaikan) yang tidak dia kerjakan atau miliki, seakan-akan ia memakai dua helai pakaian kepalsuan.” (HR. Tirmizdi)
(KH. Abdullah Gymnastiar)