Aa Gym: Jangan Mengaku-ngaku Atas Kesuksesan Orang Lain
DAARUTTAUHIID.ORG | Kalau kita merasa kecewa, jengkel, mudah tersinggung, itu karena kita terlalu mengharapkan pujian dan penghormatan dari orang lain.
Kalau kita jujur terhadap diri kita sendiri, maka kita tidak akan pernah tersinggung dengan perkataan orang lain. Karena kita menerima keadaan yang sebenarnya tentang diri kita. Misalkan seperti masa lalu yang penuh keburukan atau kejelekan.
Seperti apapun keadaan kita hari ini atau di masa lalu, perbaiki diri dengan melakukan hal terbaik dan tawakal sepenuhnya kepada Allah Ta’ala. Kalau kita tawakal dan yakin kepada Allah maka semuanya tampak akan mudah. Meskipun berat maka biasakanlah dengan melatih diri.
Begitu juga dengan orang lain, kalau ada orang lain berubah masa depannya menjadi lebih baik, maka jangan pernah mengaku-mengaku bahwa ada jasa kita di sana, merasa orang yang berperan atas perubahan orang lain.
Hal ini menjadi peringatan juga buat kita di Daarut Tauhiid, kalau ada orang yang hidup menjadi lebih baik karena pesantren atau mengikuti program Daarut Tauhiid, maka jangan pernah mengaku-mengaku kalau itu jasa pesantren. Karena hal itu tidak akan pernah terjadi melainkan atas izin dan pertolongan Allah Ta’ala.
Kalau ada lulusan pesantren Daarut Tauhiid jadi ulama besar, tidak perlu mengaku-ngaku bahwa iqro atau bacaan Al-Qur’an kita yang mengajar. Merasa kita punya andil atas keulamaan seseorang.
Seorang mantan karyawan menjadi sukses karena mampu membuat anak perusahannya berkembang, maka sebagai atasan atau bos, tidak perlu mengaku-ngaku bahwa itu adalah jerih payah seorang bos.
Biarkan apa yang kita berikan kepada orang lain menjadi pahala yang terus mengalir untuk kita sendiri. Jangan sampai kebaikan yang kita lakukan malah merusak amal dan mengotori hati kita.
Ingat, tidak perlu merasa berjasa atas kesuksesan seseorang, tahan diri, dan selalu bersikap biasa-bisa saja, tidak perlu petantang-petenteng. Karena mengaku-ngaku atas tersebut bagian dari penyakit ujub, takabbur, dan sombong yang akan merusak hati kita. (KH. Abdullah Gymnastiar)