Kisah Burung Pipit dan Cicak Pada Zaman Nabi Ibrahim

DAARUTTAUHIID.ORG | Salah satu kisah pernah terjadi pada zaman Nabi Ibrahim ‘alaihi salam Ketika berhadapan dengan Raja Namrud, yaitu kisah dialog seekor cicak dan burung pipit. Kala itu Nabi Ibrahim ‘alaihi salam dibakar oleh Raja Namrud, tibalah seekor burung pipit yang berulang kali mengambil air dan meneteskan air itu di atas api yang  sedang membakar tubuh Nabi Ibrahim ‘alaihi salam.

Cicak yang melihat aksi burung pipit tersebut tertawa, sambal berkata: “Hai Pipit, alangkah sia-sia dan bodohnya yang kau lakukan itu. Paruhmu yang kecil hanya mampu menghasilkan beberapa tetes air saja, mana mungkin dapat memadamkan api itu?”

Kemudian burung pipit pun menjawab: “Wahai cicak, memang tak mungkinlah aku dapat memadamkan api yang besar itu, tapi aku tidak mau jika Allah melihatku diam saja saat sesuatu yang Allah cintai dizholimi, Allah tidak akan memandang hasilnya. Apakah aku berhasil memadamkan api itu atau tidak, tetapi Allah Ta’ala akan melihat dimana aku berpihak”.

Cicak terus tertawa, dan sambil menjulurkan lidahnya ia berusaha meniup api yang membakar Nabi Ibrahim Alaihi Salam agar cepat membesar.

Jika secara logika memang tiupan cicak tidak akan berdampak untuk memadamkan api besar dan tidak juga menambah besar api yang membakar Nabi ibrahim Alaihi Salam, tetapi Allah Ta’ala melihat dimana cicak berpihak.

Begitulah dalam kehidupan kita, ketika berhadapan dengan kebaikan dan keburukan, yang hak atau yang bathil. Apakah kita akan mendukung kebaikan dan menolak keburukan, atau sebaliknya menjadi seorang provokator yang bisa merusak tatanan spiritual dan sosial.

Karena pada dasarnya, semua yang kita lakukan dimintai pertanggungjawaban kelak di akhirat nanti. Mari kita sama-sama renungkan, semoga kita bisa memilih jalan yang di ridhoi Allah dan semoga Allah menyatukan kita kelak di syurga-Nya.

Demikian kisah seokor burung pipit dan cicak pada masa Nabi Ibrahim, kita dapat mengambil hikmah mengenai keberpihakan kita pada kebaikan dan kebenaran. Allahu ‘alam bishowab (Arga).