Hikmah Dibalik Lempar Jumrah Dalam Ibadah Haji

DAARUTTAUHIID.ORG | Salah satu rangkaian ibadah yang dilaksanakan oleh jamaah haji adalah melontar jumrah. Hala tersebut dilakukan setelah wukuf di Arafah dan menginap di Muzdalifah, jamaah akan melempar jumrah Ula, Wustha, dan Aqabah.

Apa itu lempar jumrah? Lempar jumrah dilakukan selama menetap 2-3 hari di Mina pasca matahari tergelincir. Melontar jumrah merupakan tindakan melempar batu kerikil ke tiga titik jumrah pada hari tasyrik. Titik ini meliputi jumrah Sughra, Wustha, dan Kubra.

Adapun tujuannya agar batu yang dilempar mengarah pada objek jumrah atau marma. Lalu, kerikil masuk ke dalam lubang marma. Jumrah  merupakan simbol perjuangan manusia dalam membersihkan hati. Dengan melempar sejauh mungkin seluruh sifat egoistik, kesombongan, dan keangkuhan. Pasalnya, sifat ini seringkali menjerumuskan hingga menyengsarakan manusia.

Jumrah juga menjadi simbol ekspresi mengusir setan yang ada di dalam diri manusia. Setan ini selalu ingin menyesatkan dan menjerumuskan manusia pada perbuatan dosa.

Melempar jumrah Sughra (Ula), Wustha, dan Aqabah (Kubra) dilaksanakan pada hari tasyrik yakni 11, 12, dan 13 Zulhijah. Jemaah haji harus melempar jumrah secara berurutan.

Pada hari tasyrik tepatnya seusai salat zuhur, melaksanakan lempar jumrah Ula, Wustha, dan Kubra. Masing-masing berjumlah 7 batu kerikil.

Jarak antara jumrah Aqabah (Kubra) dengan jumrah Wustha yakni 117 meter. Sementara antara jumrah Wustha dengan jumrah Ula sejauh 156 meter.

Adapun tujuan lempar jumrah untuk melontarkan sifat trilogi thaghut atau pendurka Allah. Sifat yang terkenal dari dalam diri manusia ini terdiri dari Qarun, Bal’am, dan Fir’aun.

Melontar batu ini menjadi simbol kesadaran untuk melepaskan diri dari sifat tercela. Di antaranya sebagai berikut:

Sifat mengagumi diri sendiri sebagai orang yang ahli mendapatkan harta kekayaan, sifat lalai bersyukur pada Allah dan berterima kasih pada orang yang pernah berjasa, sifat pelit atau bakhil, sifat pamer, sifat tamak, sifat westernisasi, dan sifat menghitung-hitung harta yang disedekahkan.

Sedangkan lempar jumrah Wustha bertujuan sebagai simbol membebaskan diri dari sifat Bal’am. Adapun sidaf Bal’am meliputi sejumlah hal berikut:

Sifat menjilat, sifat menjual ayat dan kebenaran demi masalah dunia, sifat menghalalkan segala cara demi memperoleh keinginan duniawi serta kehormatan, sifat perselingkuhan yang menggadaikan tugas Nabi Musa pada Raja Madyan dengan kedudukan, pangkat, dan istri cantik dari raja.

Sementara, melontarkan jumrah Aqabah menjadi simbol melempar sifat Fir’aun. Sifat tersebut terdiri dari hal berikut:

Kesombongan dan kedurhakaan, kemusyrikan Firaun yang menyekutukan Allah, sifat mendustakan agama, zdalim terhadap istri sehingga tega memukul, memenjarakan, hingga membunuh, dan sifat menumpuk-numpuk.