Aa Gym: Bahagia Jika Niat Amalnya Benar
DAARUTTAUHIID.ORG | Kenapa ketika sudah berbuat baik tapi belum merasakan bahagia dan belum mendapatkan ketenangan hidup? Coba cek lagi, kita berbuat baik niatnya untuk siapa? Untuk Alloh atau untuk orang lain? Kalau untuk orang lain, pasti tidak akan merasa bahagia.
Kalua orientasi amal kita masih pada level disukai atau tidak disukai, dipuji atau tidak dipuji, maka inilah sumber ketidaktenangan kita, membuat kita mudah marah dan kecewa.
Misalkan ada seorang istri yang telah menyiapkan makanan pagi untuk suaminya, makanan yang dimasakan merupkan menu kesukaan sang suami. Qadarullah sang suami sudah ada janji kalau pagi ini ada pertemuan dan makan bersama dengan teman-teman kantornya, tapi suaminya lupa untuk memberitahukan kepada istri.
Kira-kira bagaimana perasaan istri? Mungkin sang istri merasakan jengkel, dongkol, menggerutu, dan kecewa dengan kejadian tersebut karena menganggap tidak dihargai.
Tapi seharusnya kalau niatnya ikhlas tidak perlu marah dan kecewa, karena jika niatnya baik tidak akan mengurangi pahala seorang istri meskipun sang suami tidak memakan masakannya. Makanya kita sebagai manusia yang harus diperbaiki dulu adalah niat. Niat akan mempengaruhi hasil dan dampak dari sebuah perbuatan.
Kemudian yang perlu kita ketahui adalah bahwa Allah subhanallahu wata’la mengetahui setiap niat manusia, meskipun tidak terlihat dan tidak diungkapkan. Ketika seseorang melakukan sesuatu, kapan pun, dan di mana pun Allah pasti mengetahuinya, karena Allah yang memiliki sifat Alimun.
Alloh Ta’ala berfirman dalam Al-Qur’an yang berbunyi: “Yuulijullaila fiinnahaari wayuulijunnahaara fiillaili wahuwa ‘aliimun bidzaatish-shuduur.”
Artinya: “Dia memasukkan malam ke dalam siang dan memasukkan siang ke dalam malam. Dan Dia Maha Mengetahui segala isi hati.” (QS. Al-Hadid: 6)
Seharusnya niat melakukan kebaikan hanya mengharapkan kebaikan dari Alloh Ta’ala. Kalau meniatkan sesuatunya untuk populer, belum tentu populer kebaikannya, bisa jadi popularitas dimilikinya justru menjadi aib bagi dirinya sendiri.
Sekali lagi, ayo luruskan niat dalam beramal, karena kalau niatnya salah, maka tindakannya pun akan salah. Bila niatnya baik, maka kelak tindakannya pun akan baik. Niat merupakan pondasi dalam beramal.