Kenapa Mudah Orang Kecewa?
[DAARUTTAUHIID.ORG]- Kenapa ada banyak orang yang merasa tidak bisa ikhlas dalam beramal? Jawabannya hanya satu, yaitu karena merasa bahwa segala sesuatu yang kita lakukan merupakan jerih payah kita sendiri. Padahal sesuatu yang terjadi karena takdir Allah yang bekerja. Kita hanya perantara yang sedang diuji Allah Ta’ala.
Pertanyaannya perlu kita mengingat-ingat jasa kebaikan kita? Tidak perlu mengingat kebaikan-kebaikan yang pernah dilakukan, karena kalau kita mengingat kebaikan diri sendiri dan orang lain tidak mengingat kebaikan kita, maka itu akan membuat kita kecewa. Lebih baik mengingat kebaikan orang lain agar kita bisa berupaya untuk membalasnya.
Kita sering kali merasa hebat telah berbuat banyak untuk orang lain, bahkan untuk keluarga atau istri, menganggap kita yang paling bekerja keras, kita yang banting tulang mencari rezeki, merasa rumah di beli sendiri, dan merasa bahwa keluarga bisa makan karena titisan keringat yang kita lakukan. Padahal semua tidak akan pernah terjadi atau ada kalau tidak karena pertolongan Allah.
Kira-kira bagaimana perasaan istri mendengar suami berkata dengan perkataan tersebut? Apakah istri senang atau semakin sebel? Pasti kecewa.
Kalau kita melakukan kebaikan, kemudian orang tidak mengucapkan terima kasih atas kebaikan kita, apakah kita harus marah dan kecewa? Apakah kita tetap berbuat baik atau berhenti berbuat baik? Kalau kita ikhlas maka kita tidak perlu kecewa. Kalau kita berbuat baik dasarnya adalah ikhlas maka kita pasti akan melanjutkan kebaikan tanpa menghiraukan orang lain.
Kalau orang tidak berterima kasih atas kebaikan kita, itu berarti Allah sedang menguji kita. Apakah kita bisa berbuat tanpa balasan dan ucapan terima kasih dari orang lain, kalau kita lolos berarti termasuk orang-orang yang ikhlas. Menjadi orang ikhlas juga tidak perlu menyampaikan atau menyebarluaskan ke orang lain bahwa kita adalah orang ikhlas. Misalkan “saya ikhlas melakukan ini dan itu”, ikhlas itu cukup di hati saja tidak perlu orang mengetahuinya, karena kalau orang tahu khawatir niat jadi tidak ihlas.