Berita Hoax Ternyata Sudah Ada Sejak Manusia Pertama Diciptakan
DAARUTTAUHIID.ORG — Di era digital saat ini, perkembangan informasi terus semakin pesat dan cepat. Akses berbagai macam informasi dari berbagai media, baik berita fakta maupun bohong dengan mudah didapatkan.
Sebagian oknum dengan mudah dan gampangnya menyebarkan informasi yang tidak sesuai kebenarannya demi meraih keuntungan pribadi.
Fenomena penyebaran berita ini biasa disebut dengan istilah hoax. Penyebaran berita palsu secara meluas dan berdampak besar bukanlah hal baru dalam sejarah manusia.
Bahkan korbannya pun tidak pandang bulu, disebabkan begitu mudahnya meneruskan dan membagikan berita yang tidak dikonfirmasi itu.
Hal serupa ternyata tidak hanya baru terjadi saat ini, tetapi pada masa Nabi-Nabi terdahulu juga pernah terjadi pernyabaran berita hoax. Seperti di antaranya:
- Nabi Adam ketika mendapat kabar bohong dari Iblis sehingga terusir dari surga.
- Siti Maryam, Ibu Nabi Isa yang dituduh berbuat keji dan berzina karena melahirkan seorang anak tanpa kehadiran seorang ayah.
Sampai kemudian Allah menurunkan ayat untuk mengklarifasi hal tersebut dalam Al Quran surat Maryam ayat 28.
- Nabi Nuh dituduh orang gila yang berambisi menjadi penguasa. Sebagaimana Allah jelaskan dalam Al Quran surat Al Qamar ayat 9.
- Fir’aun menyebarkan berita hoax dengan menyebutkan Nabi Musa AS adalah ahli sihir yang ingin merebut kekuasaan dari Fir’aun dan mengusir rakyatnya dari negeri mereka. (QS. As-Syuara: 34-35).
- Nabi Muhammad juga harus berhadapan dengan berbagai macam berita hoax. Seperti informasi yang disebarkan ketika perang Uhud sedang berkecamuk.
Kemudian hoax yang paling keji yang disebarkan oleh orang-orang munafik di Madinah adalah tentang fitnah kepada istri Nabi, Aisyah. Atau sering disebut dengan hadisatul ifki.
Di dalam Al-Qur’an telah jelas diterangkan bahwa berita bohong adalah modal orang-orang munafik untuk merealisasikan niat kotor mereka, sebagaimana terdapat dalam ayat Al Quran:
“Sesungguhnya jika tidak berhenti orang-orang munafik, orang- orang yang berpenyakit dalam hatinya dan orang-orang yang menyebarkan kabar bohong di Madinah (dari menyakitimu), niscaya Kami perintahkan kamu (untuk memerangi) mereka, kemudian mereka tidak menjadi tetanggamu (di Madinah) melainkan dalam waktu yang sebentar, dalam keadaan terlaknat. Dimana saja mereka dijumpai, mereka ditangkap dan dibunuh dengan sehebat-hebatnya.” (QS. Al-Ahzab: 60-61).
Sebagai seorang Muslim kita diperintahkan untuk tabayyun atau meneliti kebenaran sebuah berita sebelum mempercayai apalagi menyebarkannya. Allah Ta’ala berfirman:
“Hai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang fasik membawa suatu berita, maka periksalah dengan teliti agar kamu tidak menimpakan suatu musibah kepada suatu kaum tanpa mengetahui keadaannya yang menyebabkan kamu menyesal atas perbuatanmu itu” (QS. Al-Hujurat: 6).
Ibnu Katsir dalam Tafsir Al Qur’an Al ‘Azhim berkata, “Allah Ta’ala memerintahkan untuk melakukan kroscek terhadap berita dari orang fasik. Karena boleh jadi berita yang tersebar adalah berita dusta atau keliru.”
Termasuk adab bagi orang yang cerdas yaitu setiap berita yang datang dari orang kafir hendaknya dicek terlebih dahulu, tidak diterima mentah-mentah. Sikap asal-asalan menerima amatlah berbahaya dan dapat menjerumuskan dalam dosa. (Arga)
Redaktur: Wahid Ikhwan