Merasakan Manisnya Iman
[DAARUTTAUHIID.ORG]- Muhammad Iqbal adalah penyair sekaligus intelektual dan filosof Muslim lahir di Sialkot Pakistan pada 22 Februari 1873. Dalam puisinya ia menulis: “Jika iman telah tiada maka tidak ada lagi rasa aman, dan tidak ada dunia bagi siapa saja yang tidak menghidupkan iman. Barangsiapa rela dengan kehidupan tanpa agama dia telah menjadikan kehancurannya sebagai teman karibnya”.
Keimanan yang tertanam dengan benar dalam hati akan terasa manis dan nikmat. Ketika keimanan bermasalah menurun maka rasa manisnya pun tak akan terasa maksimal. Seseorang yang mendapatkan manisnya iman selalu merasakan kedekatan dengan Allah, yakin akan janji-Nya, ridha akan ketentuan-Nya, dan berpasrah diri di hadapan-Nya.
Dari Anas bin Malik, Rasulullah bersabda: “Ada tiga sifat yang jika ketiganya ada dalam diri seseorang, maka ia akan merasakan manisnya iman. Pertama, jika Allah dan Rasul-Nya lebih ia cintai daripada apa pun selain keduanya. Kedua, jika ia mencintai orang lain hanya karena Allah. Ketiga, jika ia tidak suka untuk kembali ke dalam kekafiran sama seperti ia tidak suka dilemparkan ke dalam api neraka. (HR Bukhari dan Muslim).
Iman dari bahasa Arab artinya percaya. Sedangkan menurut istilah, iman adalah membenarkan dengan hati, diucapkan dengan lisan, dan diamalkan dengan perbuatan. DR Aidh Al Qarni dalam kitabnya, “La Tahzan’ mengatakan kehidupan akan terasa hambar tanpa iman. Tak ada sesuatu yang dapat mmbahagiakan jiwa, membersihkannya, menyucikannya dan mengusir kegundahan darinya selain keimanan yang benar kepada Allah Ta’ala.
Orang-orang yang paling sengsara adalah mereka yang miskin iman dan mengalami krisis keyakinan. Mereka selamanya akan berada dalam kesengsaraan kepedihan, kemurkaan dan kehinaan. (Sumber: www.harianterbit.com).