Kondisi Ramadhan Pertama Afghanistan di bawah Pemerintahan Taliban
KABUL – Ramadhan kali ini berbeda dengan rezim sebelumnya,” kata jemaah di Kerula, dikutip dari Araby, Senin (4/4/2022).
“Sekarang, kami memenuhi kewajiban Islam kami bersama di tanah Islam di bawah rezim Islam,” katanya.
Masjid Wazir Akbar Khan, salah satu tempat ibadah terpenting di Kabul, juga menjadi sasaran serangan bom pada Juni 2020 yang menewaskan imam dan beberapa jamaah.
Masjid ini terletak di pusat Kabul, di pintu masuk utama ke bekas pusat diplomatik yang dikenal sebagai Zona Hijau, yang menampung beberapa kedutaan asing, termasuk kedutaan Washington.
Setelah berbuka puasa, para pria duduk berjajar di halaman masjid, tempat para sukarelawan menyajikan makanan.
Di provinsi Kandahar selatan, pusat kekuatan de facto Taliban, beberapa pejuang dari gerakan fundamentalis berhasil melewati pos pemeriksaan dan masjid.
Warga Afghanistan merayakan Ramadhan saat negara itu terjerumus ke dalam krisis kemanusiaan yang parah. Lebih dari setengah dari 38 juta penduduk negara itu menghadapi kelaparan saat musim dingin terus berlanjut, kata PBB.
Krisis semakin dalam ketika para donor menghentikan bantuan setelah Taliban merebut kekuasaan Agustus lalu. Masyarakat internasional sejauh ini tidak mengakui pemerintah Taliban.
“Orang-orang mengharapkan saat-saat yang baik untuk Imarah Islam, tetapi sayangnya, itu tidak terjadi,” kata penduduk Kabul, Shabudin, tentang rezim Taliban.
Lainnya bersikeras bahwa Islam garis keras menghormati hak-hak perempuan untuk pendidikan dan bekerja untuk bantuan.
Taliban telah menindak kebebasan perempuan, termasuk melarang mereka dari banyak pekerjaan pemerintah dan menutup sekolah menengah perempuan.
Sementara itu, bagi Shahbuddin, kenaikan harga pangan memang tak masuk akal. “Ini pertama kalinya aku melihat harga makanan begitu tinggi pada bulan Ramadhan,” ungkapnya.
Red: WIN
_____________________
Ref: Republika