Adab-Adab Seputar Sedekah
Adab-Adab Seputar Sedekah – Sudah menjadi kewajiban bagi setiap manusia untuk saling menolong antar sesama. Namun, yang harus diingat sesuaikanlah dengan kemampuan, terutama niatkan dengan ikhlas karena Allah semata agar bernilai ibadah dan mendapatkan banyak pahala. Setiap kebaikan yang dilakukan meski sekecil biji zarrah akan mendapat balasan kebaikan pula, begitupun sebaliknya setiap kejahatan yang dilakukan meski sekecil biji zarrah tetap akan mendapat balasan kejahatan pula. Itulah mengapa manusia dianjurkan untuk melakukan sedekah agar gemar memberi dan berbuat kebaikan. Hingga menumbuhkan akhlak yang mulia selama niatnya dan caranya dilakukan dengan baik dan benar.
Adab Bersedekah
Dalam Al-Qur’an disebutkan bahwa sedekah dibolehkan setiap waktu dan disunnahkan untuk melakukannya di waktu yang terbaik, di antaranya saat masa krisis/pandemi, bencana dan kelaparan, pada hari Jum’at, saat terjadi gerhana matahari atau bulan, bulan Ramadhan, 10 hari pertama di bulan Dzulhijah agar senantiasa mendapat pahala yang berkali lipat dan tentunya dapat saling tolong menolong antar sesama, “Barang siapa yang mau memberi pinjaman kepada Allah SWT, pinjaman yang baik (menafkahkan hartanya di jalan Allah), maka Allah SWT akan melipatgandakan pembayaran kepadanya dengan lipat ganda yang banyak.” (QS. Al-Baqarah: 245)
Dalam hadits dijelaskan pula pahala bagi orang yang suka memberi atau bersedekah, “Barang siapa memberi makan orang lapar, Allah SWT akan memberinya makan dari buah-buah surga. Barangsiapa memberi minum orang dahaga, Allah SWT Yang Maha tinggi akan memberinya minum pada hari kiamat dengan wangi-wangian yang dicap. Barang siapa yang memberi pakaian orang telanjang, Allah SWT akan memakaikan pakaian surga yang berwarna hijau.” (HR. Abu Dawud dan Tirmidzi)
Yang harus diingat dalam melakukan sedekah adalah niat yang ikhlas dan hanya mengharapkan pahala dari Allah semata, tidak selalu harus dalam bentuk materi, selain itu sebelum memberikan sedekah pada orang lain utamakanlah diri sendiri dan keluarga terlebih dahulu, terutama terhadap keluarga atau kerabat yang memendam permusuhan sebagaimana dijelaskan dalam hadits berikut yang terdapat dalam fiqih sunnah dari Sayyid Sabiq:
Dalam sebuah hadits disebutkan bahwa dalam bersedekah tidak selalu dalam bentuk materi, yang mana pada intinya bahwa setiap kebajikan berarti sedekah. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
“Setiap orang diwajibkan untuk bersedekah setiap hari di mana terbit matahari. Di antaranya, jika ia mendamaikan dua orang yang bermusuhan dengan adil, itu adalah sedekah. Apabila ia menolong seseorang untuk menaiki binatang tunggangannya, berarti sedekah, dan mengangkat barang-barangnya ke atas kendaraan, itu juga berarti sedekah, menyingkirkan rintangan dari jalan adalah sedekah, dan setiap Langkah yang dilangkahi dari seseorang untuk mengerjakan shalat adalah sedekah.” (HR. Ahmad dan lainnya)
Yang Menerima Sedekah
Dalam sebuah hadits disebutkan tentang orang yang paling utama dalam menerima sedekah, dari Jabir r.a. bahwasannya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Jika salah seorang di antara kamu miskin, hendaknya dimulai dengan dirinya. Dan jika dalam itu ada kelebihan, barulah diberikannya untuk keluarganya. Lalu bila ada kelebihan lagi, maka untuk kaum kerabatnya” atau sabdanya “untuk yang ada hubungan kekeluargaan dengannya. Kemudian bila masih ada kelebihan, barulah untuk ini dan itu.” (HR. Ahmad dan Muslim)
Selain itu, hal yang harus diingat pula dalam melakukan sedekah entah itu dilakukan secara terang-terangan atau secara diam-diam hendaknya jangan sampai menyakiti perasaan yang diberi atau menjatuhkan harga dirinya. Haram hukumnya jika seseorang memberi sedekah namun dengan sikap sombong atau riya sembari menjatuhkan harga diri penerimanya, dalam Al-Qur’an disebutkan:
“Wahai orang-orang yang beriman! Janganlah engkau merusak sedekahmu dengan menyebut-nyebutnya dan menyakiti (perasaan penerima), seperti orang yang menginfakkan hartanya karena riya (pamer) kepada manusia dan dia tidak beriman kepada Allah dan hari akhir. Perumpamaannya (orang itu) seperti batu yang licin yang di atasnya ada debu, kemudian batu itu ditimpa hujan lebat, maka tinggallah batu itu licin lagi. Mereka tidak memperoleh sesuatu apapun dari apa yang mereka kerjakan. Dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang kafir.” (QS. Al-Baqarah: 264)
Dalam sebuah hadits disebutkan, dari Abu Dzar dari Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Ada tiga golongan manusia yang tidak akan diajak bicara oleh Allah pada hari kiamat, tidak akan dipandang dan tidak akan dihargaiNya, serta bagi mereka disediakan siksa yang pedih. Berkata Abu Dzar r.a. “Sungguh malang dan rugi mereka! Siapakah mereka itu, ya Rasulullah?” Nabi Muhammad Saw bersabda, “Orang yang mengulurkan pakaiannya karena sombong, orang yang menyebut-nyebut pemberiannya, dan orang yang menawar-nawarkan barang dagangannya dengan sumpah palsu.” (HR. Muslim)
Wallahu a’lam Bishawab.
(Eva Ps El Hidayah)