Rendahkan Hatimu Serendah Pasir, Tinggikan Dirimu Setinggi Langit
Rendahkan Hatimu Serendah Pasir, Tinggikan Dirimu Setinggi Langit
Ada peribahasa yang mengatakan “Di atas langit masih ada langit” maksud dari peribahasa tersebut adalah janganlah engkau berlaku sombong sebab masih ada yang lebih dari dirimu, entah itu dari segi kekayaan, kecerdasan, kepopuleran dan lain sebagainya. Namun, bukan berarti pula harus menjadi orang yang rendah diri dihadapan manusia.
Sebagaimana yang kita ketahui bahwa manusia merupakan makhluk sosial yang dalam hidupnya selalu berinteraksi dengan orang lain. Di antara perilaku manusia yang termasuk akhlak mulia adalah sikap tawadhu’. Sikap tawadhu inilah yang akan membuat orang lain tertarik sekalipun kita tidak memiliki harta yang melimpah. Dalam hadits disebutkan bahwa, dari Abu Hurairah, Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Sesungguhnya kalian tidak bisa menarik hati manusia dengan harta kalian. Akan tetapi kalian bisa menarik hati mereka dengan wajah berseri dan akhlak yang mulia” (HR. Al Hakim dalam mustadroknya. Al Hakim mengatakan bahwa hadits ini shahih).
Makna Tawadhu’ ?
Tawadhu’ adalah sikap rendah hati dan merupakan akhlak mulia. Namun, ketika seseorang dianugerahi banyak kelebihan seperti memiliki harta yang melimpah, rumah yang mewah, memiliki kecerdasan yang tinggi, terkenal dan lain sebagainya malah disikapi dengan sifat sombong. Padahal semua itu hanya titipan dan bersifat sementara. Orang yang memiliki sifat tawadhu’ hatinya akan lebih tenang karena keyakinannya kepada Allah bahwa hanya Allah lah yang berhak menentukkan dan menaikkan derajat seseorang, menghindarkan dari perilaku zhalim juga dari sifat sombong.
Ibnu Hajar berkata, “Tawadhu’ adalah menampakkan diri lebih rendah pada orang yang ingin mengagungkannya. Ada pula yang mengatakan bahwa tawadhu’ adalah memuliakan orang yang lebih mulia darinya.” (Fathul Bari, 11: 341).
Imam Asy Syafi’i berkata, “Orang yang paling tinggi kedudukannya adalah orang yang tidak pernah menampakkan kedudukannya. Dan orang yang paling mulia adalah orang yang tidak pernah menampakkan kemuliannya.” (Syu’abul Iman, Al Baihaqi, 6: 304).
Larangan Bersikap Sombong
Orang yang memiliki sifat sombong tidak akan disukai oleh orang lain. Bahkan, sifat sombong merupakan dosa pertama yang dilakukan oleh iblis dalam bermaksiat kepada Allah Ta’ala. “Dan (ingatlah) ketika Kami berfirman kepada para Malaikat: “Sujudlah kamu kepada Adam!,” Maka sujudlah mereka kecuali Iblis; ia enggan dan takabur dan adalah ia termasuk golongan orang-orang yang kafir”. (QS. Al-Baqarah: 34)
Jika dalam hati manusia terbersit sedikit saja sifat sombong, maka akan sulit untuk menerima kebenaran dan cenderung merendahkan orang lain, sebagaimana dalam hadits “Kesombongan adalah menolak kebenaran dan merendahkan manusia.” (HR. Muslim, no. 2749, dari ‘Abdullah bin Mas’ûd)
Sifat sombong merupakan akhlak tercela dan dilaknat oleh Allah, oleh sebab itu dalam Al-Qur’an disebutkan bahwa Luqman memberi nasehat pada anaknya, agar jangan bersikap sombong, “Dan janganlah kamu memalingkan mukamu dari manusia (karena sombong) dan janganlah kamu berjalan di muka bumi dengan angkuh. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong lagi membanggakan diri” (QS. Lukman: 18).
Oleh karena itu, ketika ada orang lain yang memuji atau menghargai kita terimalah dengan segala kerendahan hati sembari memperbanyak istigfar bahwa pujian hanyalah milik Allah semata. Begitupun ketika ada orang lain yang mencela atau menghina kita, janganlah lantas menjadi orang yang rendah diri, sebab setiap orang memiliki kelebihan dan kekurang masing-masing. Hanya dengan bersikap tawadhu’ lah yang dapat menghindarkan diri kita dari sifat sombong ataupun sifat rendah diri. Wallahu a’lam bishawab.