Keutamaan Menjadi Pengajar dalam Islam
Ada beberapa orang yang enggan membagikan ilmu yang dimilikinya, mungkin beberapa alasannya karena karena malas atau merasa khawatir akan muncul pesaing yang bisa mengancam dirinya. Padahal sudah jelas pernyataan dari Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
“Barang siapa yang ditanya tentang suatu ilmu pengetahuan lalu ia menyembunyikannya, maka pada hari kiamat kelak Allah SWT akan mengekangnya dengan kekang api neraka.” (HR. Abu Dawud dan Imam Tirmidzi).
Dalam Islam menuntut ilmu merupakan suatu hal yang diwajibkan, karena semakin banyak ilmu, maka semakin banyak pula pengetahuan tentang amal shalih dan amalan yang bernilai ibadah disisi Allah. Dengan mempunyai bekal ilmu yang bermanfaat, maka akan mewariskan dan menjadikannya sebagai amalan yang tidak akan terputus jika masih digunakan secara terus menerus. Tentu saja anda tidak akan menyia-nyiakannnya ya sobat. Dengan berilmu maka Allah Ta’ala akan meninggikan kita beberapa derajat.
Dari Abu Hurairah, Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasallam bersabda : “Jika seseorang meninggal dunia maka terputuslah segala amalnya, kecuali tiga hal. Sedekah jariyah, ilmu yang bermanfaat dan do’a anak yang sholeh atau sholehah.” (HR. Muslim).
Orang orang yang mengajarkan ilmu, menjadi seorang guru, baik guru dalam ilmu agama maupun ilmu dunia punya keutamaan begitu besar. Dari Abu Mas’ud Uqbah bin Amir Al Anshari radhiyallahu ‘anhu, ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
مَنْ دَلَّ عَلَى خَيْرٍ فَلَهُ مِثْلُ أَجْرِ فَاعِلِهِ
“Barangsiapa yang menunjuki kepada kebaikan maka dia akan mendapatkan pahala seperti pahala orang yang mengerjakannya.” (HR. Muslim no. 1893).
Kebaikan yang disampaikan dalam hadits ini bukan hanya kebaikan dalam ilmu agama akan tetapi kebaikan ilmu dunia juga. Termasuk dalam memberikan kebaikan di sini adalah dengan memberikan wejangan, nasehat, menulis buku dalam ilmu yang memberikan banyak manfaat bagi orang lain.
Sekali lagi perlu kita ingat bahwa setiap kita wajib menjadi pengajar atau pembelajar atau keduanya. Allah berfirman dalam Al Quran Surah Ali Imran ayat 79:
مَا كَانَ لِبَشَرٍ اَنْ يُّؤْتِيَهُ اللّٰهُ الْكِتٰبَ وَالْحُكْمَ وَالنُّبُوَّةَ ثُمَّ يَقُوْلَ لِلنَّاسِ كُوْنُوْا عِبَادًا لِّيْ مِنْ دُوْنِ اللّٰهِ وَلٰكِنْ كُوْنُوْا رَبَّانِيّٖنَ بِمَا كُنْتُمْ تُعَلِّمُوْنَ الْكِتٰبَ وَبِمَا كُنْتُمْ تَدْرُسُوْنَ ۙ
“Tidak mungkin bagi seseorang yang telah diberi kitab oleh Allah, serta hikmah dan kenabian, kemudian dia berkata kepada manusia, “Jadilah kamu penyembahku, bukan penyembah Allah,” tetapi (dia berkata), “Jadilah kamu pengabdi-pengabdi Allah, karena kamu mengajarkan kitab dan karena kamu mempelajarinya!”
(Shabirin)